KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kekhadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ KANKER OVARIUM “.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak dan teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas ini di kemudian hari.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.
Kendari, 12 Desember 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker ovarium merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi sebagian besar datang sudah dalam stadium lanjut atau ditemukan saat operasi. Kanker ovarium sering dinamakan pembunuh dingin atau silent killer karena perjalanan penyakitnya lambat tetapi mematikan.Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang terbanyak setelah kanker leher rahim dan hampir separuh dari kematian wanita di Indonesia karena keganasan ginekologi disebabkan oleh kanker ovarium. Angka kejadian kanker ovarium ini kira-kira 20% dari semua keganaan alat reproduksi wanita. Insiden rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.
Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur yang berasal dari sel epitel merupakan 90% kasus dari seluruh kanker indung telur. Kanker indung telur merupakan penyebab kematian ke-5 terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh dunia. Kanker indung telur memiliki angka kematian yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker indung telur, sekitar 14.000 atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini. Kanker epitel ovarium jarang didapatkan pada wanita berusia < 40 tahun. Puncaknya terjadi pada wanita usia 60-64 tahun. Angka kejadian kanker epitel ovarium rendah pada negara berkembang dan Jepang.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Apa definisi dari Ca Ovarium ?
2. Bagaimana insiden dan epidemiologi dari Ca Ovarium ?
3. Apa etiologi dari Ca Ovarium ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Ca Ovarium ?
5. Apa faktor resiko dari Ca Ovarium ?
6. Apa tanda & gejala dari Ca Ovarium ?
7. Ada berapa stadium dari Ca Ovarium ?
8. Bagaimana diagnosis dari Ca Ovarium ?
9. Apa diagnosis banding dari Ca Ovarium ?
10. Bagaimana Penatalaksanaan dari Ca Ovarium ?
11. Apa komplikasi dari Ca Ovarium ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien atas indikasi Ca ovarium.
2. Tujuan Khusus
Setelah membuat makalah ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian data atas indikasi Ca ovarium.
b. Menentukan diagnosa, masalah, dan kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan.
c. Menentukan antisipasi masalah dan diagnosa atas indikasi Ca ovarium.
d. Menentukan tindakan segera atas indikasi Ca ovarium.
e. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada atas indikasi Ca ovarium.
f. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditetapkan.
g. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan atas indikasi Ca ovarium berdasarkan interpretasi data.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995).
2. Insidens dan Epidemiologi
Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60% - 70% pasien datang pada stadium lanjut, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai “silent killer”.
Pemeriksaan USG transvaginal ditemukan kista ovarium pada hampir semua wanita premenopouse dan terjadi peningkatan 14,8% pada wanita post menopouse. Kebanyakan dari kista tersebut bersifat jinak. Kista ovarium fungsional terjadi pada semua umur, tetapi kebanyakan pada wanita masa reproduksi. Dan kista ovarium jarang setelah masa menopouse.
3. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya :
a. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
b. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
4. Patofisiologi
Fungsi Ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium dan menyebabkan kemandulan pada wanita.
Kista ovarium dibagi beberapa tipe :
a. Kista Fungsional
Tipe terbanyak dari kista ovarium adalah kista fungsional, biasa disebut kista fisiologik berarti tidak patogenik. Kista ini terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi normal menstruasi. Kista normal ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya dalam kurun waktu 2-3 siklus menstruasi. Terdapat 2 macam kista fungsional : kista folikuler dam kista korpus luteum.
1) Kista Folikuler
Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat ovulasi bilamana ada rangsangan LH (luteinizing Hormon). Pengeluaran hormon diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar sel telur akan dilepaskan dan mulai perjalanannya ke saluran telur untuk dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur dan bahkan folikel tumbuh terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus menstruasi.
2) Kista Korpus luteum
Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain dimulai. Folikel kemudian beraksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon Estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut sebagai korpus luteum. Tetapi kadang-kadang setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4-9 inci (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista ini dapat pecah dan menyebabkan perdarahan intestinal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.
b. Kista Dermoid
Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit, gigi dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masa kecil, bahkan mungkin sudah dibawa dalam kandunngan ibunya. Kista ini biasanya sering tidak membawa gejala, tetapi dapat bertambah besar dan menimbulkan nyeri.
c. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
d. Kista Adenoma
Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium, biasanya bersifat jinak. Kista adenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu organ perut lainnya.
e. Polikistik Ovarium
Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel yang menyebabkan ovarium menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom polikistik ovarium yang disebabkan oleh gangguan hormonal. Terutama hormon androgen yang berlebihan. Kista ini membuat ovarium membesar dan menciptakan lapisan luar yang tebal yang dapat menghalangi terjadinya ovulas, sehingga menimbulkan masalah fertilitas.
5. Faktor Risiko
a. Diet tinggi lemak
b. Merokok
c. Alkohol
d. Penggunaan bedak talk perineal
e. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
f. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
g. Nulipara
h. Infertilitas
i. Menstruasi dini
j. Tidak pernah melahirkan
6. Tanda & Gejala
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
a. Haid tidak teratur
b. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
c. Menoragia
d. Nyeri tekan pada payudara
e. Menopause dini
f. Rasa tidak nyaman pada abdomen
g. Dispepsia
h. Tekanan pada pelvis
i. Sering berkemih
j. Flatulenes
k. Rasa begah setelah makan makanan kecil
l. Lingkar abdomen yang terus meningkat.
7. Stadium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of Ginecologies and Obstetricians) 1987, adalah :
a. STADIUM I. pertumbuhan terbatas pada ovarium
1) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
b. STADIUM II, Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
c. STADIUM III, tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
d. STADIUM IV, pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
8. Diagnosis
a. Gambaran Klinik
Kista ovarium menimbulkan gejala nyeri jika terdorong ke struktur di sekitarnya, ruptur, perdarahan. Gejala - gejala yang ditimbulkan oleh kista ovarium adalah :
1) Haid yang tidak teratur
2) Nyeri pinggul, bersifat tumpul yang menetap atau intermittent yang
menjalar ke belakang dan paha
menjalar ke belakang dan paha
3) Nyeri jika bersenggama
4) Nyeri pergerakan perut
5) Mual, muntah, perut terasa penuh
6) Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
b. Gambaran Radiologi
1) USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz).
Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion.
Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.
Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
- Transabdominal Sonogram.
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal lainnya, seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
- Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan vesica urinaria kosong. (5)
- Kista Dermoid
Gambaran USG kista dermiod di bawah ini menunjukkan d di bawah ini menunjukkan komponen yang padat yang dikelilingi dengan kalsifikasi.
- Kista Endometriosis
Menunjukkan karakteristik yang difuse, low level echoes pada endometrium, yang memberikan gambaran yang padat.
- Polikistik Ovarium
Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.
2) MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
9. Diagnosis Banding
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit dengan gejala yang sama pada kista ovarium, adalah :
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative pembesaran ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba, dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada pembuahan intrauterine.
d. Kanker ovarium
Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler.
10. Penatalaksanaan
Kebanyakan pasien dengan kista ovarium simple berdasarkan hasil pemeriksaan USG tidak dibutuhkan pengobatan. Penatalaksanaan yang dapat diberikan:
a. Pendekatan
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur dan tanpa gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara periodic untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pascamenopouse jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
b. Pil Kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.
c. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi, semakin besar, lakukan pemeriksaan ultrasound, nyeri, pada masa postmenopouse, dokter harus segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan bedah yang utama, yaitu: Laparoskopi dan Laparatomy.
11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium:
a. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
b. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada ksta yang berukuran diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
c. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna.
d. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting.
B. Konsep Perawatan
1. Pengkajian
a. Data diri klien
b. Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
f. Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
g. Pemeriksaan fisik
h. Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologi
b. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
c. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
2) Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
3) Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
4) Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping.
5) Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan.
b. Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran.
Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Intervensi :
1) Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri.
2) Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan.
3) Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim.
c. Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon.
Tujuan :
1) Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
2) Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual.
Intervensi :
1) Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan.
2) Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu.
3) Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan
4) Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
5) Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
6) Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
7) Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya
8) Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan.
4. Evaluasi
a. Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
b. Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
c. Tidak adanya tanda-tanda disfungsi seksual
1) Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
2) Mengidentifikasi kepuasan / praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menerapkan manajemen asuhan keperawatan atas indikasi Ca Ovarium diharapkan mampu :
1. Melakukan pengkajian atas indikasi Ca Ovarium
2. Mengidentifikasi secara benar masalah atau diagnosa atas indikasi Ca Ovarium
3. Mengidentifikasikan diagnosa yang mungkin terjadi atas indikasi Ca Ovarium
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan petugas laboratorium terhadap masalah yang ada maupun masalah yang berpotensi terjadi.
5. Membuat rencana asuhan keperawatan yang rasional atas indikasi Ca Ovarium
6. Melaksanakan implementasi terhadap asuhan yang telah dibuat secara rasional
7. Mengetahui dari evaluasi dari implementasi yang telah dilaksanakan menurut data yang diperoleh dari klien dan keluarga klien.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa diharapkan:
Dengan adanya manajemen asuhan keperawatan, diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan yang diberikan kepada klien sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
2. Bagi institusi pendidikan
a. Diharapkan institusi pendidikan dapat menyiapkan mahasiswa dalam menghadapi kasus-kasus yang terjadi dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan baik fisiologis maupun patologis.
b. Diharapkan institusi pendidikan dapat menjadi naungan bagi para mahasiswa agar menjadi jeli terhadap masalah-masalah keperawatan.
3. Bagi lahan praktek
Diharapkan lahan praktek dapat menjadi tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
2. Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
3. Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
4. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
5. Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
6. www. Carcinoma ovarium.com
7. www. Kanker ovarium.co.id
No comments:
Post a Comment