Tuesday, 7 December 2010

PENYAKIT OLEH VIRUS DAN JAMUR

TUGAS MIKROBIOLOGI












DISUSUN OLEH :
NAMA         : RIDWAN ASWAR
KELAS        : IID
NIM            : 908312906105.0198
PRODI        : S1 KEPERAWATAN




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AVICENNA KENDARI
T.A 2010

A.     








Penyakit yang disebabkan oleh virus / jamur

1.      Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus

-          AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
Gejala Gejala-gejala utama AIDS. Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.[7] HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh.
-          Flu Burung
Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia. Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.
-          Influensa
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit menular burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influensa).
Penyakit ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin dari si penderita. Pada manusia, gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.
-          Herpes
1)       Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan
2)       Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
3)       Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair.
4)       Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang
5)       Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering
6)       Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita herpes akrena lecet terjadi di dalam vagina
NAMA PENYAKIT
VIRUS PENYEBAB
Campak
Paramyxovirus
Campak jerman (rubella)
Virus rubella
Pneumonia atypical
Paramyxovirus 1-3, orthomyxovirus tipe A, B dan C
Pilek
Virus coryza, rhinovirus
Influenza
orthomyxovirus tipe A, B dan C
Hepatitis
Virus hepatitis
Herpes
Herpes simplex tipe 1 dan 2
Poliomelitis
Virus polio
Encephalis
Virus semiliki forest
Penyakit gondong
Paramyxovirus
Smallpox
Virus smallpox
Rabies
Rhabdovirus
Demam berdarah
Tagovirus (flavivirus)
Demam kuning
Tagovirus (flavivirus)
Acquired imunodeficiency syndrome (AIDS)
HTLV III (LAV)
Flu burung
Orthomyxovirus tipe A subtipe H5N1
SARS
Corona paramyxovirus
Demam berdarah ebola
Ebola haemorragic virus

2.      Penyakit yang disebabkan oleh jamur
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu mikosis superficial dan mikosis sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku, dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Sedangkan mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan vagina.
1). Beberapa jenis mikosis superfisial antara lain sebagai berikut :
-          Tinea capitis
Merupakan infeksi jamur yang menyerang stratum corneum kulit kepala dan rambut kepala, yang disebabkan oleh jamur Mycrosporum dan Trichophyton. Gejalnya adalah rambut yang terkena tampak kusam, mudah patah dan tinggal rambut yang pendek-pendek pada daerah yang botak. Pada infeksi yang berat dapat menyebabkan edematous dan bernanah.
-          Tinea favosa
Merupakan infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan kuku. Penyebabnya adalah Trichophyton schoenleinii. Gejalnya berupa bintik-bintik putih pada kulit kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor. Kerak ini sangat lengket daln bila diangkat akan meninggalkan luka basah atau bernanah.
-          Tinea barbae
Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang berjanggut dan kulit leher, rambut dan folikel rambut. Penyebabnya adalah Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton violaceum, Microsporum cranis.
-          Dermatophytosis (Tinea pedis, Athele foot)
Merupakan infeksi jamur superfisial yang kronis mengenai kulit terutama kulit di sela-sela jari kaki. Dalam kondisi berat dapat bernanah. Penyebabnya adalah Trichophyton sp.
-          Tinea cruris
Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas sebelah dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.


-          Tinea versicolor (panu)
Merupakan mikosis superfisial dengan gejala berupa bercak putih kekuning-kuningan disertai rasa gatal, biasanya pada kulit dada, bahu punggung, axilla, leher dan perut bagian atas. Penyebabnya adalah Malassezia furtur.
-          Tinea circinata (Tinea corporis)
Merupakan mikosis superfisial berbentuk bulat-bulat (cincin) dimana terjadinya jaringan granulamatous, pengelupasan lesi kulit disertai rasa gatal. Gejalanya bermula berupa papula kemerahan yang melebar.
-          Otomycosis (Mryngomycosis)
Merupakan mikosis superfisial yang menyerang lubang telinga dan kulit di sekitarnya yang menimbulkan rasa gatal dan sakit. Bila ada infeksi sekunder akan menjadi bernanah. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum dan Trichophyton sp.

2). Beberapa jenis mikosis sistemik antara lain sebagai berikut :
-          Nocardiosis
Merupakan mikosisi yang menyerang jaringan subkutan, yakni terjadi pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-lubang yang mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Penyebabnya adalah Nocardia asteroides.
-          Candidiasis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku atau organ tubuh seperti hantung dan paru-paru, selaput lendir dan juga vagina. Infeksi ini terjadi karena faktor predisposisi, misalnya diabetes, AIDS, daerah kulit yang lembab dan obesitas. Penyebabnya adalah Candida albicans.

-          Actinomycosis
Merupakan mikosis yang ditandai dengan adanya jaringan granulomatous, bernanah disertai dengan terjadinya abses dan fistula. Penyebabnya adalah Actinomyces bovis.
-          Maduromycosis (Madura foot)
Merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan terjadinya massa granulomatous yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya dimulai dengan adanya lesi pada tapak kaki bagian belakang, timbul massa granulomatous dan abses yang kemudian terjadi sinus-sinus yang mengeluarkan nanah dan granula. Penyebabnya adalah Allescheris boydii, Cephalosporium falciforme, Madurella mycetomi, dan Madurella grisea
-          Coccidioidomycosis
Merupakan mikosis yang mengenai paru-paru yang disebabkan oleh Coccidioides immitis. Gejalnya mirip dengan pneumonia yang lain, berupa batuk dengan atau tanpa sputum yang biasanya disertai dengan pleuritis.
-          Sporotrichosis
Merupakan mikosis yang bersifat granulomatous menimbulkan terjadinya benjolan gumma, ulcus dan abses yang biasanya mengenai juga kulit dan kelenjar lympha superfisial. Penyebabnya adalah Sporotrichum schenckii. Gejala awalnya berupa benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar, merah, meradang, mengalami nekrosis kemudian terbentuk ulcus. Nodul yang sama terjadi sepanjang jaringan lympha.
-          Blastomycosis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera, tulang dan sistem saraf. Penyebabnya adalah Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces brasieliensis. Blastomycosis kulit gejalanya brupa papula atau pustula yang berkembang menjadi ulcus kronis dengan jaringan granulasi pada alasnya. Kulit yang sering terkena adalah wajah, leher, lengan dan kaki. Bila menyerang organ dalam, gejalanya mirip tuberculosis.





B.      Sistem / Cara Kerja Vaksin Imunisasi Dengan Dasar Diagnosis Atau Cara Mendiagnosis

1). KONSEP IMUNISASI
A.Pengertian
Imunisasi adalah upaya yg dilakukan dgn sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar darp penyakit (DepKes, 2000). Imunitas pasif adalah tubuh tidak membentuk imun, tetapi menerima imun. Imunitas aktif adalah tubuh yg membentuk kekebalan sendiri.
B. Jenis Kekebalan/Imunitas
1.Kekebalan pasif
Kekebalan pasif ada dua kategori yaitu kekebalan bawaan dan pasif didapat.
Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi yg berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain .
EX Kekebalan pasif di dapat : campak , tetanus , rabies). Harus dilakukan skin test sebelumnya.
 Jenis Kekebalan/Imunitas. Menurut lokasi ada dua jenis imunitas, yaitu humoral dan seluler. Imunitas humoral terdapat dlm imunoglobin (Ig) yaitu (Ig G,A, dan M).
Imunitas seluler terdiri atas fagositosis oleh sel-sel sistem retikuloendotelial.
Imunitas seluler berhub dgn kemampuan sel tubuh utk menolak benda asing dan dpt ditunjukkan dgn adanya alergi kulit thp benda asing.

2.Imunitas Aktif
Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu kekebalan aktif didapat dan kekebalan aktif dibuat.
Kekebalan yg didapat secara alami , mis anak yg terkena difteri atau poliomielitis
Kekebalan yg sengaja dibuat yg dikenal dgn imunisasi dasar dan ulangan (booster)
.

C.    Diagnosis Penyakit
-          Pertusis
Tidak ada imunitas terhadap pertusis. Pencegahan dapat dilakukan secara aktif dan secara pasif. Secara aktif ialah dengan memberikan. vaksin pertusis dalam jumlah 12 unit dibagi dalam. 3 dosis dengan interval 8 minggu. Penyelidikan imunologis membuktikan seorang neonatus yang diberikan vaksin pertusis pada umur 1 – 15 hari dapat membentuk antibodi. Oleh karena itu sebenarnya vaksin pertusis telah dapat diberikan pada masa neonatus dan kemudian disusul dengan pemberian vaksin DPT.
Di Negara dimana pertusis didapatkan secara endemic hendaknya dipertimbangkan pemberian, vaksin pertusis pada neonatus seperti yang telah dilakukan di Negeria, dimana pada 48 jam pertama neonatus mendapat vaksin pertusis pertama. Ternyata cara ini sama efektifnya dengan cara pemberian imunisasi setelah umur 1 bulan. Vaksin pertusis bare diberikan pada umur 2 bulan agar dapat diberikan bersama – sama dengan toksoid tetanus dan toksoid difteria.
Dinyatakan bahwa imunisasi yang diberikan 2 kali dengan interval 60 hari atau lebih menghasilkan imunitas sama dengan imunisasi 3 kali interval 1 bulan. Dengan didapatkannya komplikasi seperti kejang, renjatan, meningismus dan didapatkannya gejala sisa setelah kejang pasca vaksinasi pertusis seperti retardasi mental, epilepsy, herniparesis maka dianjurkan untuk tidak memberikan vaksinasi pertusis bila mana anamnesis didapatkan riwayat kejang, iritasi cerebral selama neonatus, epilepsi dalam keluarga atau penyakit susunan saraf pusat, adanya defek neurologis atau anak sedang menderita sakit, khususnya penyakit traktus respiratorius yang disertai panas, reaksi lokal atau umum yang gawat setelah mendapat vaksinasi pertusis yang lalu.
Komplikasi neurologis yang gawat setelah imunisasi dengan pertusis adalah 1 dalam dengan imunisasi. Sekuele neurologis sebanyak 1 dalam 310.000 dan sekuele neurologis setelah imunisasi dasar lengkap ialah 1 dalam 100.000. Meskipun demikian imunisasi terhadap pertusis diberikan hanya sampai umur 6 tahun berdasarkan pertimbangan morbiditas pertusis yang menurun dengan bertambahnya umur sedangkan kemungkinan komplikasi neurologis pasca vaksinasi bertambah.
Secara pasif pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan kemoprofilaksis. Ternyata eritromisin dapat mencegah terjadinya pertusis untuk sementara waktu. Pada anak dibawah umur 2 tahun yang belum pernah di vaksinasi dapat diberikan immunoglobulin pertusis sebanyak 1,5 ml secara intramuscular dan diulang setelah 3- 5 hari.

-          Diagnosis influenza A

1)      Diagnosis pada dewasa dan anak
Diagnosis influenza A baru H1N1 ditegakkan berdasarkan kriteria klinis berupa gejala Influenza Like Ilness (ILI) yaitu demam dengan suhu > 380C, batuk,  pilek,  nyeri  otot  dan  nyeri  tenggorok.  Gejala  lain  yang  mungkin menyertai adalah sakit kepala, sesak napas, nyeri sendi, mual, muntah dan diare. Pada anak gejala klinis dapat terjadi fatique.

Diagnosis influenza A baru H1N1 dengan RT-PCR dilakukan hanya untuk pasien  yang  dirawat,  kluster  dan  kasus-kasus  influenza  yang  tidak  lazim (unusual).
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan  pada pasien yang dirawat (kriteria sedang dan berat)
o        Laboratorium: darah perifer lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, gula darah sewaktu.
o        Radiologi: foto toraks
o        Pemeriksaan lainnya tergantung indikasi

            Pada darah perifer lengkap bila ditemukan leukopenia dan trombositopenia dapat memperkuat diagnosis namun bila tidak ditemukan leukopenia dan trombositopenia tidak menyingkirkan diagnosis

Diagnosis influenza A baru H1N1 secara klinis dibagi atas kriteria ringan, sedang dan berat.
o        Kriteria  ringan  yaitu  gejala  ILI,  tanpa  sesak  napas,  tidak  disertai pneumonia dan tidak ada faktor risiko.
o        Kriteria sedang gejala ILI dengan salah satu dari kriteria: faktor risiko, penumonia ringan (bila terdapat fasilitas foto rontgen toraks) atau disertai keluhan gastrointestinal  yang mengganggu seperti mual, muntah, diare atau berdasarkan penilaian klinis dokter yang merawat.
o        Kriteria  berat  bila  dijumpai  kriteria  yaitu  pneumonia  luas  (bilateral, multilobar),  gagal  napas,  sepsis,  syok,  kesadaran  menurun,  sindrom sesak napas akut (ARDS) atau gagal multi organ.

            Kelompok risiko tinggi pada dewasa adalah faktor yang dapat memperberat keadaan yaitu penyakit paru kronik (asma, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)),  kehamilan,  obesitas,  penyakit  kronik  lainnya  (penyakit  jantung, diabetes  mellitus,  gangguan  metabolik,  penyakit  ginjal,  hemoglobinopati, penyakit  immunosupresi,  gangguan  neurologi),  malnutrisi  dan  usia  >  65 tahun.
            Kelompok risiko tinggi pada anak adalah:
o        Anak berusia kurang dari 5 tahun.
o        Anak atau remaja (usia 6 bulan 18 tahun) yang mendapat terapi aspirin jangka panjang dan berisiko mengalami sindrom Reye setelah mendapat infeksi virus influenza.
o        Anak  dengan  penyakit  paru  kronik (asma,  bronkiektasis,  dysplasia bronkopulmonal),            penyakit     jantung,     ginjal     dan     hati,         penyakit neuromuskular kronik (sindrom down, CP spastic, delayed development, miastenia gravis).
o        Anak     dalam     keadaan     imunokompromais     (keganasan,     anemia aplastik,dalam   terapi   imunosupresi   atau   HIV),         diabetes   mellitus, hipertensi,       obesitas dan tinggal   di   rumah   perawatan   dan   fasilitas perawatan kesehatan lainnya.

            Kriteria pneumonia berat pada dewasa yaitu bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria minor atau mayor.
o        Kriteria  minor  yaitu  Frekuensi  napas >30  /menit,  foto  toraks  paru menunjukkan kelainan bilateral atau melibatkan 2 lobus, tekanan sistolik <90 mmHg, tekanan diastolik  <60 mmHg.
o        Kriteria mayor yaitu perburukan foto toraks secara progresif dalam 24 jam, membutuhkan  vasopressor  >  4  jam  (septik  syok),  kreatinin  serum  >2 mg/dl atau peningkatan >2 mg/dl, pada penderita penyakit ginjal atau gagal  ginjal  yang  membutuhkan  dialisis,  PaO2/FiO2  kurang  dari  300 mmHg.

            Kriteria pneumonia pada anak yaitu gejala ILI dan frekuensi napas yang cepat (frekuensi napas sesuai usia)  dan/atau terdapat kesukaran bernapas yang   ditandai   dengan   retraksi   sela   iga,   retraksi   epigastrium,   retraksi suprasternal, retraksi subkostal (chest indrawing) atau napas cuping hidung

2)      Imunisasi influenza a baru (H1N1)

Vaksinasi influenza musiman A dan B (seasonal influenza vaccine), yang tersedia tidak bermanfaat untuk mencegah virus Influenza A baru H1N1. Untuk mencegah penyebaran virus Influenza A baru H1N1 di masyarakat, maka perlu diupayakan vaksin Influenza A baru H1N1. Prioritas  sasaran  imunisasi  influenza  A  baru  (H1N1)  mengacu  kepada rekomendasi  SAGE,  ACIP  dan  CDC  adalah  wanita  hamil,  petugas kesehatan dan personal pelayanan gawat darurat, individu yang merawat bayi berumur kurang dari 6 bulan (misalnya orang tua, saudara, petugas penitipan anak), anak usia 6 bulan - 4 tahun, anak usia lebih dari 5 tahun sampai dewasa dengan faktor risiko tinggi (menderita penyakit kronis dan defisiensi  sistem  kekebalan/immuno  compromized),  dewasa  sehat  usia lebih dari 65 tahun (apabila vaksin influenza A baru H1N1 mencukupi).

Dosis dan Cara pemberian:
o        Dosis vaksin untuk usia 6 bulan sampai kurang dari 3 tahun: 0,25 ml dan untuk  usia diatas 3 tahun sampai  dewasa : 0,5 ml. Diberikan 2 dosis dengan selang waktu minimal 4 minggu.
o        Vaksin diberikan secara intramuskular di daerah otot deltoid pada orang dewasa  dan  pada  anak  yang  lebih  besar  sedangkan  untuk  bayi diberikan di paha anterolateral.

No comments:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BATU REN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras se...