TUGAS MIKROBIOLOGI
DISUSUN OLEH :
NAMA : RIDWAN ASWAR
KELAS : IID
NIM : 908312906105.0198
PRODI : S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AVICENNA KENDARI
T.A 2010
A.
Penyakit yang disebabkan oleh virus / jamur
Penyakit yang disebabkan oleh virus / jamur
1. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus
- AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
Gejala Gejala-gejala utama AIDS. Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.[7] HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh.
- Flu Burung
Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia. Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.
- Influensa
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit menular burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influensa).

Penyakit ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin dari si penderita. Pada manusia, gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.
- Herpes
1) Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan
2) Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
3) Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair.
4) Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang
5) Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering
6) Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita herpes akrena lecet terjadi di dalam vagina
NAMA PENYAKIT | VIRUS PENYEBAB |
Campak | Paramyxovirus |
Campak jerman (rubella) | Virus rubella |
Pneumonia atypical | Paramyxovirus 1-3, orthomyxovirus tipe A, B dan C |
Pilek | Virus coryza, rhinovirus |
Influenza | orthomyxovirus tipe A, B dan C |
Hepatitis | Virus hepatitis |
Herpes | Herpes simplex tipe 1 dan 2 |
Poliomelitis | Virus polio |
Encephalis | Virus semiliki forest |
Penyakit gondong | Paramyxovirus |
Smallpox | Virus smallpox |
Rabies | Rhabdovirus |
Demam berdarah | Tagovirus (flavivirus) |
Demam kuning | Tagovirus (flavivirus) |
Acquired imunodeficiency syndrome (AIDS) | HTLV III (LAV) |
Flu burung | Orthomyxovirus tipe A subtipe H5N1 |
SARS | Corona paramyxovirus |
Demam berdarah ebola | Ebola haemorragic virus |
2. Penyakit yang disebabkan oleh jamur
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu mikosis superficial dan mikosis sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku, dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Sedangkan mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan vagina.
1). Beberapa jenis mikosis superfisial antara lain sebagai berikut :
- Tinea capitis
Merupakan infeksi jamur yang menyerang stratum corneum kulit kepala dan rambut kepala, yang disebabkan oleh jamur Mycrosporum dan Trichophyton. Gejalnya adalah rambut yang terkena tampak kusam, mudah patah dan tinggal rambut yang pendek-pendek pada daerah yang botak. Pada infeksi yang berat dapat menyebabkan edematous dan bernanah.
- Tinea favosa
Merupakan infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan kuku. Penyebabnya adalah Trichophyton schoenleinii. Gejalnya berupa bintik-bintik putih pada kulit kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor. Kerak ini sangat lengket daln bila diangkat akan meninggalkan luka basah atau bernanah.
- Tinea barbae
Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang berjanggut dan kulit leher, rambut dan folikel rambut. Penyebabnya adalah Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton violaceum, Microsporum cranis.
- Dermatophytosis (Tinea pedis, Athele foot)
Merupakan infeksi jamur superfisial yang kronis mengenai kulit terutama kulit di sela-sela jari kaki. Dalam kondisi berat dapat bernanah. Penyebabnya adalah Trichophyton sp.
- Tinea cruris
Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas sebelah dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.
- Tinea versicolor (panu)
Merupakan mikosis superfisial dengan gejala berupa bercak putih kekuning-kuningan disertai rasa gatal, biasanya pada kulit dada, bahu punggung, axilla, leher dan perut bagian atas. Penyebabnya adalah Malassezia furtur.

- Tinea circinata (Tinea corporis)
Merupakan mikosis superfisial berbentuk bulat-bulat (cincin) dimana terjadinya jaringan granulamatous, pengelupasan lesi kulit disertai rasa gatal. Gejalanya bermula berupa papula kemerahan yang melebar.
- Otomycosis (Mryngomycosis)
Merupakan mikosis superfisial yang menyerang lubang telinga dan kulit di sekitarnya yang menimbulkan rasa gatal dan sakit. Bila ada infeksi sekunder akan menjadi bernanah. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum dan Trichophyton sp.
2). Beberapa jenis mikosis sistemik antara lain sebagai berikut :
- Nocardiosis
Merupakan mikosisi yang menyerang jaringan subkutan, yakni terjadi pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-lubang yang mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Penyebabnya adalah Nocardia asteroides.
- Candidiasis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku atau organ tubuh seperti hantung dan paru-paru, selaput lendir dan juga vagina. Infeksi ini terjadi karena faktor predisposisi, misalnya diabetes, AIDS, daerah kulit yang lembab dan obesitas. Penyebabnya adalah Candida albicans.
- Actinomycosis
Merupakan mikosis yang ditandai dengan adanya jaringan granulomatous, bernanah disertai dengan terjadinya abses dan fistula. Penyebabnya adalah Actinomyces bovis.
- Maduromycosis (Madura foot)
Merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan terjadinya massa granulomatous yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya dimulai dengan adanya lesi pada tapak kaki bagian belakang, timbul massa granulomatous dan abses yang kemudian terjadi sinus-sinus yang mengeluarkan nanah dan granula. Penyebabnya adalah Allescheris boydii, Cephalosporium falciforme, Madurella mycetomi, dan Madurella grisea
- Coccidioidomycosis
Merupakan mikosis yang mengenai paru-paru yang disebabkan oleh Coccidioides immitis. Gejalnya mirip dengan pneumonia yang lain, berupa batuk dengan atau tanpa sputum yang biasanya disertai dengan pleuritis.
- Sporotrichosis
Merupakan mikosis yang bersifat granulomatous menimbulkan terjadinya benjolan gumma, ulcus dan abses yang biasanya mengenai juga kulit dan kelenjar lympha superfisial. Penyebabnya adalah Sporotrichum schenckii. Gejala awalnya berupa benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar, merah, meradang, mengalami nekrosis kemudian terbentuk ulcus. Nodul yang sama terjadi sepanjang jaringan lympha.
- Blastomycosis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera, tulang dan sistem saraf. Penyebabnya adalah Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces brasieliensis. Blastomycosis kulit gejalanya brupa papula atau pustula yang berkembang menjadi ulcus kronis dengan jaringan granulasi pada alasnya. Kulit yang sering terkena adalah wajah, leher, lengan dan kaki. Bila menyerang organ dalam, gejalanya mirip tuberculosis.
B. Sistem / Cara Kerja Vaksin Imunisasi Dengan Dasar Diagnosis Atau Cara Mendiagnosis
1). KONSEP IMUNISASI
A.Pengertian
Imunisasi adalah upaya yg dilakukan dgn sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar darp penyakit (DepKes, 2000). Imunitas pasif adalah tubuh tidak membentuk imun, tetapi menerima imun. Imunitas aktif adalah tubuh yg membentuk kekebalan sendiri.
B. Jenis Kekebalan/Imunitas
1.Kekebalan pasif
Kekebalan pasif ada dua kategori yaitu kekebalan bawaan dan pasif didapat.
Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi yg berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain . EX Kekebalan pasif di dapat : campak , tetanus , rabies). Harus dilakukan skin test sebelumnya.
Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi yg berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain . EX Kekebalan pasif di dapat : campak , tetanus , rabies). Harus dilakukan skin test sebelumnya.
Jenis Kekebalan/Imunitas. Menurut lokasi ada dua jenis imunitas, yaitu humoral dan seluler. Imunitas humoral terdapat dlm imunoglobin (Ig) yaitu (Ig G,A, dan M).
Imunitas seluler terdiri atas fagositosis oleh sel-sel sistem retikuloendotelial.
Imunitas seluler berhub dgn kemampuan sel tubuh utk menolak benda asing dan dpt ditunjukkan dgn adanya alergi kulit thp benda asing.
Imunitas seluler terdiri atas fagositosis oleh sel-sel sistem retikuloendotelial.
Imunitas seluler berhub dgn kemampuan sel tubuh utk menolak benda asing dan dpt ditunjukkan dgn adanya alergi kulit thp benda asing.
2.Imunitas Aktif
Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu kekebalan aktif didapat dan kekebalan aktif dibuat.
Kekebalan yg didapat secara alami , mis anak yg terkena difteri atau poliomielitis
Kekebalan yg sengaja dibuat yg dikenal dgn imunisasi dasar dan ulangan (booster).
Kekebalan yg didapat secara alami , mis anak yg terkena difteri atau poliomielitis
Kekebalan yg sengaja dibuat yg dikenal dgn imunisasi dasar dan ulangan (booster).
C. Diagnosis Penyakit
- Pertusis
Tidak ada imunitas terhadap pertusis. Pencegahan dapat dilakukan secara aktif dan secara pasif. Secara aktif ialah dengan memberikan. vaksin pertusis dalam jumlah 12 unit dibagi dalam. 3 dosis dengan interval 8 minggu. Penyelidikan imunologis membuktikan seorang neonatus yang diberikan vaksin pertusis pada umur 1 – 15 hari dapat membentuk antibodi. Oleh karena itu sebenarnya vaksin pertusis telah dapat diberikan pada masa neonatus dan kemudian disusul dengan pemberian vaksin DPT.
Di Negara dimana pertusis didapatkan secara endemic hendaknya dipertimbangkan pemberian, vaksin pertusis pada neonatus seperti yang telah dilakukan di Negeria, dimana pada 48 jam pertama neonatus mendapat vaksin pertusis pertama. Ternyata cara ini sama efektifnya dengan cara pemberian imunisasi setelah umur 1 bulan. Vaksin pertusis bare diberikan pada umur 2 bulan agar dapat diberikan bersama – sama dengan toksoid tetanus dan toksoid difteria.
Dinyatakan bahwa imunisasi yang diberikan 2 kali dengan interval 60 hari atau lebih menghasilkan imunitas sama dengan imunisasi 3 kali interval 1 bulan. Dengan didapatkannya komplikasi seperti kejang, renjatan, meningismus dan didapatkannya gejala sisa setelah kejang pasca vaksinasi pertusis seperti retardasi mental, epilepsy, herniparesis maka dianjurkan untuk tidak memberikan vaksinasi pertusis bila mana anamnesis didapatkan riwayat kejang, iritasi cerebral selama neonatus, epilepsi dalam keluarga atau penyakit susunan saraf pusat, adanya defek neurologis atau anak sedang menderita sakit, khususnya penyakit traktus respiratorius yang disertai panas, reaksi lokal atau umum yang gawat setelah mendapat vaksinasi pertusis yang lalu.
Komplikasi neurologis yang gawat setelah imunisasi dengan pertusis adalah 1 dalam dengan imunisasi. Sekuele neurologis sebanyak 1 dalam 310.000 dan sekuele neurologis setelah imunisasi dasar lengkap ialah 1 dalam 100.000. Meskipun demikian imunisasi terhadap pertusis diberikan hanya sampai umur 6 tahun berdasarkan pertimbangan morbiditas pertusis yang menurun dengan bertambahnya umur sedangkan kemungkinan komplikasi neurologis pasca vaksinasi bertambah.
Secara pasif pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan kemoprofilaksis. Ternyata eritromisin dapat mencegah terjadinya pertusis untuk sementara waktu. Pada anak dibawah umur 2 tahun yang belum pernah di vaksinasi dapat diberikan immunoglobulin pertusis sebanyak 1,5 ml secara intramuscular dan diulang setelah 3- 5 hari.
- Diagnosis influenza A
1) Diagnosis pada dewasa dan anak
Diagnosis influenza A baru H1N1 ditegakkan berdasarkan kriteria klinis berupa gejala Influenza Like Ilness (ILI) yaitu demam dengan suhu > 380C, batuk, pilek, nyeri otot dan nyeri tenggorok. Gejala lain yang mungkin menyertai adalah sakit kepala, sesak napas, nyeri sendi, mual, muntah dan diare. Pada anak gejala klinis dapat terjadi fatique.
Diagnosis influenza A baru H1N1 dengan RT-PCR dilakukan hanya untuk pasien yang dirawat, kluster dan kasus-kasus influenza yang tidak lazim (unusual).
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien yang dirawat (kriteria sedang dan berat)
o Laboratorium: darah perifer lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, gula darah sewaktu.
o Radiologi: foto toraks
o Pemeriksaan lainnya tergantung indikasi
Pada darah perifer lengkap bila ditemukan leukopenia dan trombositopenia dapat memperkuat diagnosis namun bila tidak ditemukan leukopenia dan trombositopenia tidak menyingkirkan diagnosis
Diagnosis influenza A baru H1N1 secara klinis dibagi atas kriteria ringan, sedang dan berat.
o Kriteria ringan yaitu gejala ILI, tanpa sesak napas, tidak disertai pneumonia dan tidak ada faktor risiko.
o Kriteria sedang gejala ILI dengan salah satu dari kriteria: faktor risiko, penumonia ringan (bila terdapat fasilitas foto rontgen toraks) atau disertai keluhan gastrointestinal yang mengganggu seperti mual, muntah, diare atau berdasarkan penilaian klinis dokter yang merawat.
o Kriteria berat bila dijumpai kriteria yaitu pneumonia luas (bilateral, multilobar), gagal napas, sepsis, syok, kesadaran menurun, sindrom sesak napas akut (ARDS) atau gagal multi organ.
Kelompok risiko tinggi pada dewasa adalah faktor yang dapat memperberat keadaan yaitu penyakit paru kronik (asma, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)), kehamilan, obesitas, penyakit kronik lainnya (penyakit jantung, diabetes mellitus, gangguan metabolik, penyakit ginjal, hemoglobinopati, penyakit immunosupresi, gangguan neurologi), malnutrisi dan usia > 65 tahun.
Kelompok risiko tinggi pada anak adalah:
o Anak berusia kurang dari 5 tahun.
o Anak atau remaja (usia 6 bulan – 18 tahun) yang mendapat terapi aspirin jangka panjang dan berisiko mengalami sindrom Reye setelah mendapat infeksi virus influenza.
o Anak dengan penyakit paru kronik (asma, bronkiektasis, dysplasia bronkopulmonal), penyakit jantung, ginjal dan hati, penyakit neuromuskular kronik (sindrom down, CP spastic, delayed development, miastenia gravis).
o Anak dalam keadaan imunokompromais (keganasan, anemia aplastik,dalam terapi imunosupresi atau HIV), diabetes mellitus, hipertensi, obesitas dan tinggal di rumah perawatan dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya.
Kriteria pneumonia berat pada dewasa yaitu bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria minor atau mayor.
o Kriteria minor yaitu Frekuensi napas >30 /menit, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral atau melibatkan 2 lobus, tekanan sistolik <90 mmHg, tekanan diastolik <60 mmHg.
o Kriteria mayor yaitu perburukan foto toraks secara progresif dalam 24 jam, membutuhkan vasopressor > 4 jam (septik syok), kreatinin serum >2 mg/dl atau peningkatan >2 mg/dl, pada penderita penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis, PaO2/FiO2 kurang dari 300 mmHg.
Kriteria pneumonia pada anak yaitu gejala ILI dan frekuensi napas yang cepat (frekuensi napas sesuai usia) dan/atau terdapat kesukaran bernapas yang ditandai dengan retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal, retraksi subkostal (chest indrawing) atau napas cuping hidung
2) Imunisasi influenza a baru (H1N1)
Vaksinasi influenza musiman A dan B (seasonal influenza vaccine), yang tersedia tidak bermanfaat untuk mencegah virus Influenza A baru H1N1. Untuk mencegah penyebaran virus Influenza A baru H1N1 di masyarakat, maka perlu diupayakan vaksin Influenza A baru H1N1. Prioritas sasaran imunisasi influenza A baru (H1N1) mengacu kepada rekomendasi SAGE, ACIP dan CDC adalah wanita hamil, petugas kesehatan dan personal pelayanan gawat darurat, individu yang merawat bayi berumur kurang dari 6 bulan (misalnya orang tua, saudara, petugas penitipan anak), anak usia 6 bulan - 4 tahun, anak usia lebih dari 5 tahun sampai dewasa dengan faktor risiko tinggi (menderita penyakit kronis dan defisiensi sistem kekebalan/immuno compromized), dewasa sehat usia lebih dari 65 tahun (apabila vaksin influenza A baru H1N1 mencukupi).
Dosis dan Cara pemberian:
o Dosis vaksin untuk usia 6 bulan sampai kurang dari 3 tahun: 0,25 ml dan untuk usia diatas 3 tahun sampai dewasa : 0,5 ml. Diberikan 2 dosis dengan selang waktu minimal 4 minggu.
o Vaksin diberikan secara intramuskular di daerah otot deltoid pada orang dewasa dan pada anak yang lebih besar sedangkan untuk bayi diberikan di paha anterolateral.
No comments:
Post a Comment