Tugas : Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen : Ns. Mulyanto Nur S.kep
ASUHAN KEPERAWATAN
TUMOR LARING
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
ANGGOTA: Riski Damayanti (908312906105. 0001)
Imran Lakue (908312906105. 0002)
Sarman (908312906105. 0015)
Neni Iriana (908312906105. 0025)
Khaerul Amir (908312906105. 0031)
Mirnawati (908312906105. 0043)
Listiani (908312906105. 0047)
Jesy Milianti (908312906105. 00 )
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AVICENNA
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai rahmat dan nikmat kepada kita semua, terutama sekali kepada kita sehingga dengan anugerah tersebut Kami telah dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam tidak lupa kita sanjung sajikan kepangkuan nabi besar Muhammad SAW yang telah memperjuangkan kalimat Allah dan mengangkat martabat manusia dari alam jahiliyah kepada alam yag penuh dengan peradaban, selanjutnya kepada al-sahabat sekalian.
Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai Tumor larynx beserta asuhan keperawatanyna. Tugas ini kiranya dapat memberikan konstribusi pengetahuan bagi kami sendiri, selebihnya kepada pembaca.
Kami menyadari benar bahwa makalah ini belum sempurna sebagaimana yang diinginkan, oleh karenanya kritikan, saran, dan masukan lebih lanjut sangat kami harapkan.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah membantu kami selama ini, semoga Allah selalu meridhai setiap langkah kita. Amin yarabbbal’alamin.
Kendari, 21 Maret 2011
Kelompok V
DAFTAR ISI
Cover...........................................................................................................................1
Kata pengantar.............................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................5
BAB II KONSEP DASAR TUMOR LARING
A. Anatomi Larynx……………………………………………………………………..….6
B. Pengertian........................................................................................................................7
C. Etiologi............................................................................................................................7
D. Patofisiologi & Pathway Tumor larynx..........................................................................8
E. Manifestasi Klinis..........................................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TUMOR LARING
A. Pengkajian......................................................................................................................14
B. Diagnosa........................................................................................................................15
C. Intervensi.......................................................................................................................16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................23
B. Saran.............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor ganas laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT. Sebagai gambaran, diluar negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan di bidang THT. Tumor Ganas laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 5 : 1. Terbanyak pada usia 56-69 tahun.
Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis. Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.
Maka dari itu, kami mengangkat makalah yang berjudul “Tumor Laring”, sekiranya dapat dijadikan sebagai acuan dasar untuk mengenali konsep tumor laring, hingga kelak yang menderita tumor tersebut dapat memproleh terapi pengobatan lebih awal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Tumor Laring ?
2. Bagaimana Etiologi dari Tumor Laring?
3. Bagaimana patofisiologi dari Tumor Laring?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Tumor Laring?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Tumor Laring?
6. Bagaimana terapi / penatalaksanaan dari Tumor Laring?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor Laring ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep penyakit yang berhubungan dengan Tumor Laring serta Asuhan Keperawatan pada klien dengan Tumor Laring.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Tumor Laring?
b. Untuk mengetahui Etiologi dari Tumor Laring?
c. Untuk mengetahui patofisiologi Tumor Laring?
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tumor Laring?
e. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Tumor Laring?
f. Untuk mengetahui terapi / penatalaksanaan dari Tumor Laring?
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor Laring?
BAB II
KONSEP DASAR TUMOR LARING
A. Anatomi Laring
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.
Tulang dan tulang rawan laring yaitu :
1. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak.
2. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang.
3. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.
Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :
1. Otot-otot ekstrinsik :
a. Otot elevator : M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M. Stilohioid
b. Otot depressor : M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid
2. Otot-otot Intrinsik :
a. Otot Adduktor dan Abduktor : M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan transversum
b. Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis : M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid
c. Otot yang mengatur pintu masuk laring : M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.
B. Pengertian
Secara anatomi tumor laring dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotik, tumor pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis dan sinus piriformis (Glotis : tumor pada korda vokalis , Subglotis : tumor dibawah korda vokalis). Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5 % dari semua jenis tumor laring.
Tumor jinak laring dapat berupa :
Tumor jinak laring dapat berupa :
1. Papiloma laring (terbanyak frekuensi)
2. Adenoma
3. Kondroma
4. Mioblastoma sel granuler
5. Hemangioma
6. Lipoma
7. Neurofibroma
Stadium tumor laring tergantung keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis jauh ( M ).
Stadium : I : T1 No Mo
II : T2 No Mo
III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo
IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.
C. Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis. Ada peningkatan resiko terjadinya tumor ganas laring pada pekerja-pekerja yang terpapar dengan debu kayu
D. Patofisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara ( intrinsik ) menyebar dengan lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis ( ekstrinsik ) metastase lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.
*Path way Tumor Larynx*
Keterpaparan
Zat Kimia Rokok Alkohol Serbuk Logam Serbuk Kayu
Bersihan Jalan Nafas Tak Efektif |
Batuk
Terhirup dalam jangka waktu yang lama menyebabkan penimbunan zat toksin
Terbentuk thrombus
terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen rikoaritenoid,
tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara
Gangguan Komunikasi Verbal |
Suara Serak
Fase lanjut
Perubahan membrane Mokosa oral |
Tumor menjalar ke Pharynx
Gangguan Nutrisi Kurang dari Keb.Tubuh |
Gangguan menelan, berbicara
Gangguan Citra Tubuh |
Tumor makin membesar
Pembedahan
Sesak nafas
Nyeri |
Gangguan Integritas Kulit |
E. Manifestasi Klinis
1. Serak
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suaara. Pada tumor ganas laring, pita suara gagal befungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen rikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang syaraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung letak tumor. Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan mnetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis atau di batas inferior pita suara serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gjala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor hipofarig jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumun (hot potato voice).
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suaara. Pada tumor ganas laring, pita suara gagal befungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen rikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang syaraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung letak tumor. Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan mnetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis atau di batas inferior pita suara serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gjala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor hipofarig jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumun (hot potato voice).
2. Dispneu dan stridor.
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massaa tumor, penumpukkan kotoran atau sekret,maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat dua gejala tersebut. Sumbatan dapat terjaadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan prognosis kurang baik.
3. Nyeri tenggorok.
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
4. Disfagia
Adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumior ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
5. Batuk dan hemoptisis.
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan supraglotik.
6. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau metastase lebih jauh.
7. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.
8. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukkan tumor dengan jelas.Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat pada gambar.Sinar X dada,scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase. Darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum. Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe., Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsi pada tumor.Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat yang sama.
G. Terapi / Penatalaksanaan
Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan laring (Laringektomi).Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya.Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4.Alasannya mempunyai keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher.Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher.Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat dipertahankannya suara yang normal.Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan subglotik.Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau setelah pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral meningkat.
4. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang ( stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara – pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
TUMOR LARING
A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama lengkap
b. Suku
c. Agama
d. Tanggal lahir
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama :dyspneu, sakit menelan, suara serak.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Ada riwayat merokok, aktifitas yang berhubungan dengan suara.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Ada riwayat merokok, aktifitas yang berhubungan dengan suara.
3. Pengkajian Fisik dan Pola Eliminasi
a. Tanda-tanda vital : Tensi, Nadi, Suhu, Pernafasan
b. Respirasi : batuk, stridor, dyspneu, riwayat penyakit paru kronis, batuk dengan atau tanpa sputum
c. Sirkulasi
d. GCS
4. Nutrisi
TB/BB,terdapat penurunan BB drastis. Nafsu makan biasanya menurun bahkan mungkin tidak ada karena adanya nyeri telan, kesukaran menelan, benjolan pada leher, kebersihan mulut buruk, inflamasi / drainase oral.
5. Eliminasi
6. Itegritas Kulit
7. Mobilisasi
Kelamahan, kelelahan
Kelamahan, kelelahan
8. Istrahat dan Tidur
Klien apabila tidur biasanya disertai dengan mendengkur keras.
9. Personal Hygine
Kemunduran kebersihan mulut
10. Neurosensorik
Diplopia, ketulian, kesemutan, parastesia otot wajah, ketulian konduksi, hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan sub mandibular), parau menetap (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik)
11. Lingkungan Sosial
Terdapat riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk / kayu, kimia toksik / serbuk, logam berat. Perasaan takut aka kehilangan suara, ansietas, depresi, marah, menolak., kurang dukungan sistem keluarga, perubahan tinggi suara, enggan untuk bicara,massalah tentang kemampuan berkomunikasi.
12. Ekonomi
Berhubungan dengan biaya perawatan selama sakit.
Berhubungan dengan biaya perawatan selama sakit.
13. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laringoskopi langsung, lareingeal tomografi dan biopsi : Adalah indikator paling nyata.
b. Laringografi : Bapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan nodus limfe.
c. Pemeriksaan fungsi paru, scan tulang atau scan organ lain : bila dinyatakan kanker dan ditemukan ada metastase.
d. Sinar X dada : Dilakukan untuk membuat status dasar paru dan atau mengidentifikasi metastase.
e. Darah lengkap : Dapat menyatakan anemia yang merupakan masalah umum.
f. Survey imunologi : Dapat dilakukan pada klien yang mendapat kemoterapi.
g. Profil biokimia : perubahan dapat terjadi pada fungsi organ sebagai akibat kanker, metastase dan terapi.
h. GDA / nadi oksimetri : Dapat dilakukan untuk membuat status / pengawasan dasar paru (ventilasi)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pra Operasi
a. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d gangguan kemampuan untuk bernafas,batuk dan menelan, sekresi banyak dan kental ditandai dengan dyspneu, perubahan pada frekuensi/kedalaman pernafasan.
b. Perubahan membran mukosa oral b / d tak adanya masukkan oral, kebersihan oral buruk/ tak adekuat, kesulitan menelan, defisit nutrisi d/d :
- mulut kering, ketidaknyamanan di mulut, saliva kental dan banyak, halitosis.
- Mengidentifikasi intervensi khusus untuk meningkatkan kebesihan mukosa oral
- mulut kering, ketidaknyamanan di mulut, saliva kental dan banyak, halitosis.
- Mengidentifikasi intervensi khusus untuk meningkatkan kebesihan mukosa oral
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d gangguan jenis makanan sementara, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan ditandai dengan tidak adekuatya masukkan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, penurunan berat badan.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ,perubahan anatomi wajah dan leher.
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
b. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase sekret terus-menerus.
C. RENCANA KEPERAWATAN
1.Pra Operasi
a. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d gangguan kemampuan untuk bernafas,batuk dan menelan, sekresi banyak dan kental ditandai dengan dyspneu, perubahan pada frekuensi/kedalaman pernafasan.
Intervensi:
Pendidikan untuk pasien/Keluarga
· Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, pengisap, spirometer, dan IPPB).
· Ajarkan kepada pasien teknik pernafasan dan relaksasi.
· Jelaskna kepada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya.
· Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok itu dilarang.
· Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang perencanaan perawatan dirumah.
· Pengelolaan jalan nafas (NIC): Ajarkan bagaimana batuk secra efektif.
Aktivitas Kolaboratif
· Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien.
· Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data.
· Berikan obat yang diresepkan .
· Siapkan pasien untuk ventilasi mekanis bila perlu.
· Pengelolaan jalan nafas (NIC):



Aktivitas Lain
· Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur, untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa kendali.
· Beri jaminan kepada pasien selama priode distress.
· Lakukan higine melalui mulut secara teratur.
· Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen (Misalnya pengendalian demam dan nyeri, mengurangi ansietas).
· Buat rencana perawatan untk pasien yang menggunakan ventilator.
b. Perubahan membran mukosa oral b / d tak adanya masukkan oral, kebersihan oral buruk/ tak adekuat, kesulitan menelan, defisit nutrisi d/d :
- mulut kering, ketidaknyamanan di mulut, saliva kental dan banyak, halitosis.
- Mengidentifikasi intervensi khusus untuk meningkatkan kebesihan mukosa oral
- mulut kering, ketidaknyamanan di mulut, saliva kental dan banyak, halitosis.
- Mengidentifikasi intervensi khusus untuk meningkatkan kebesihan mukosa oral
Intervensi:
Pendidikan untuk pasien/ keluarga
· Restorasi kesehatan mulut (NIC):



Aktivitas kolaboratif
· Rundingkan dengan dokter menyangkut intruksi berkumur anti jamur atau anestesi topikal oral jika terdapat infeksi jamur.
· Restorasi kesehatan mulut (NIC):


Aktivitas lain
· Sediakan perawatn mulut sebelum makan atau sesuai kebutuhan
· Hindari penggunan permen bergula atau permen karet
· Restorasi kesehatan mulut (NIC) :





c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d gangguan jenis makanan sementara, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan ditandai dengan tidak adekuatya masukkan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, penurunan berat badan.
Intervensi:
Pendidikan untuk pasien/ keluarga
· Ajarkan metode untuk perencanaan makan
· Ajarkan pasien/ keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
· Pengelolaan nutrisi (NIC) : Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Aktivitas kolaboratif
· Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein
· Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberiaan makanan melalui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan.
· Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi.
· Rujuk ke program gizi yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat.
· Pengelolaan (NIC) ; Tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi, secara tepat jumlah kalori dan jenis zat gizi yang diperlukan.
Aktivitas Lain
· Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan kedalam jadwal makan, kesukaan/ ketidaksukaan pasien , dan suhu makanan.
· Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.
· Bantu pasien untuk menulis tujuan mingguan yang realitis untuk aktivitas dan asupan makanan.
· Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan bertambah.
· Ciptakan lingkunag yang nyaman untuk makan.
· Hindari tindakan invasive sebelum makan.
· Bantu makan sesuai kebutuhan.
· Pengelolaan nutrisi (NIC) : Berikan pasien minuman dan cemilan begizi, tinggi kalori, tinggi protein, yang siap dikonsumsi bila memungkinkan.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ,perubahan anatomi wajah dan leher.
Intervensi:
Pendidikan untuk pasien/ Keuarga
· Pencapaian citra tubuh (NIC): Ajarkan pasien tentang pentingnya respon mereka terhadap perubahan tubuh dan penyesuaian dikemudian hari, sesuai dengan kebutuhan.
Aktivitas Kolaboratif
· Rujuk pada layanan social untuk merencanakan perawatan pada pada pasien
· Tawarkan untuk melakukan panggilan pada sumber-smber komunitas yang tersedia untuk pasien/ keluarga.
Aktivitas lain
· Dengarkan pasien/keluarga secara aktif dan akui realitas adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.
· Beri dorongan kepada pasien/ keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan untuk berduka.
· Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi mekanisme koping dan kekuatan personal dan pengakuan keterbatasan.
· Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, pelihara privasi, dan martabat pasien.
· Beri dorongan pada pasien untuk :



2. Pra Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Intervensi:
Pendidikan untuk pasien/Keluarga
· Bicarakan pada pasien bahwa pengurangan nyeri secara total tidak akan dicapai.
Aktivitas Kolaboratif
· Adakan pertemuan perencanaan asuhan perawatan pasien secara multidisiplin.
· Penatalaksanaan nyeri (NIC):

Aktivitas Lain
· Tawarkan tindakan pengurang nyeri untuk membantu pengobatan nyeri ( misalnya; umpan balik biologis, teknik relaksasi, dll).
· Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan dapt diterima.
· Penatalaksanaan nyeri (NIC):


b. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase sekret terus-menerus.
Intervensi:
Pendidikan untuk pasien/Keluarga
· Ajarkan perawatn luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan gejala infeksi, cara untuk mempertahankan luka insisi tetap kering saat mandi,dan mengurangi stress pada insisi.
· Pengawasan kulit (NIC) : Ajarkan anggota keluarga/pemberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit, jika diperlukan.
· Perawatan lika (NIC): Ajarkan pasien/anggota keluarga tentang prosedut perawatan luka.
Aktivitas Kolaboratif
· Konsultasikan pada ahli gizi, tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan vitamin.
· Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan dan nutrisi secara enteral dan parenteral untuk meningkatkan penyembuhan luka.
· Perawatan luka (NIC): Gunakan TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) untuk peningkatan proses penyembuhan luka, jika diperlukan.
Aktivitas Lain
· Evaluasi tindakan pengobatan/pembalutan topikal yang dapat meliputi balutan hidrokoloid, balutan hidrofilik, dsb.
· Lakukan perawatan luka/kulit secara rutin, yang meliputi;



· Bersihkan dan balut insisi pembedahan menggunakan prinsip-prinsip sterilisasi atau tindakan aseptic.
· Perawatan luka (NIC);




BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor ganas laring merupakan keganasan yang sering dijumpai di bidang THT. Hal-hal yang saling mempengaruhi kesembuhan penyakit ini antara lain kecepatan dan ketepatan diagnosa, penentuan stadium tumor, fasilitas dan sarana yang ada, kondisi pasien serta pilihan pengobatan yang diberikan.
Pada pasien ini, keluhan yang pertama kali muncul adalah suara serak sejak dua tahun lalu, sehingga tumor primer diduga berasal dari daerah glotis. Karena secara klinis tidak dijumpai pembesaran kelenjar, maka pasien ini diduga berada pada stadium II (T2, N0, M0).
Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah pembedahan, radiasi, sitostatika maupun kombinasi daripadanya. Pilihan terbaik untuk pasien ini adalah radiasi, karena hasil biopsi dari tumor menunjukkan karsinoma sel skuamous non keratinizing yang bersifat radio sensitif. Keuntungan lain dari radiasi adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Rehabilitasi setelah operasi dengan terapi yang seksama memiliki prognosis yang baik. Kerjasama yang baik dari ahli onkologi, ahli patologi, ahli radiasi onkologi sangatlah diperlukan untuk memberikan kesembuhan yang optimal.
B. Saran
1. Bagi para pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan diatas, sehingga dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan tambahan.
2. Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam proses penyusunan maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Edisi 8. Jakarta: EGC
Danis, Difa. Kamus Istilah Kedokteran.Gitamedia Press
Doenges, E Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuha Keperawatan. Jakarta : EGC
Posted by, Jumat, April 02, 2010).
No comments:
Post a Comment