Thursday 12 April 2018

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BATU REN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007).
Urolitiasis, menurut penelitian epidemiologik diperkirakan memiliki hubungan dengan tingkat kesejahteraan seseorang dan berubah sesuai dengan perkembangan keadaan suatu bangsa. Penelitian ini mengatakan, negara yang baru saja mulai berkembang memiliki banyak insiden batu saluran kemih bagian bawah. Berbeda dengan negara yang baru mulai berkembang, negara yang sedang berkembang memiliki insiden batu saluran kemih yang rendah. Sedangkan untuk negara maju, berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa insiden batu saluran kemih bagian atas banyak terjadi khususnya dikalangan orang dewasa (Sjamsuhidajat, 2005)
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat (Purnomo, 2011)
 Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat. Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang (Anonim, 2005)
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa definisi dari urolithiasis
b.      Bagaimana etiologi dari urolithiasis
c.       Bagaimana patofisiologi terjadinya urolithiasis
d.      Apa tanda dan gejala klinis yang muncul pada urolithiasis
e.       Apa pemeriksaan penunjang pada urolithiasis
f.       Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007).
Batu saluran kemih atau urolithiasis adalah suatu kondisi dimana terdapat kalkuli atau batu di traktus urinarius (Brunner dan Suddarth, 2005)
Batu saluran kemih menurut tempatnya di golongkan menjadi Batu ginjal, Batu Ureter, Batu kandung kemih dan Batu uretra. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis renalis, ureter, kandung kemih atau uretra. Batu saluran kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat ataupun kasium posfat, secara bersama dijumpai sampai sebesar 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal.
Sedangkan menurut Dewi, D dan Anak Agung, N S (2007) batu saluran kemih adalah keadaan patologis yang terjadi karena terdapatnya masa keras seperti batu yang terdapat dalam saluran perkemihan yang menyebabkan nyeri, pendarahan, atau infeksi dalam saluran kemih.

B.     Etiologi
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :
A.    Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.
B.    Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.
C.    Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti pembentukan batu.
D.    Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
E.    Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
F.     Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
G.    Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi terbentuknya batu saluran kemih.
H.    Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.


C.     Klasifikasi
Teori terbentuknya batu ginjal :
a.    Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia organik sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b.    Teori supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansia pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu
c.     Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Pada urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urine yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
Klasifikasi Batu Ginjal :
a.       Batu kalsium
Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut. Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :
1.      Hiperkalsiuria
Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang produksi vitamin D3.
2.      Hipositraturia
Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik tiazid.
3.      Hiperoksalouria
Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari). Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang merupakan autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin, pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada anak.
b.      Batu asam urat
Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan urin asam yang menetap.
c.       Batu struvit
Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita, diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease, biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti “tanduk rusa jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.
D.    Patofisiologi urolithiasis









                                                                 












Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal. 
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka komplikasinya dapat terjadi penyakit gagal ginjal kronilk yang dapat menyebabkan kematian.

E.   Manifestasi klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.
a.       Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b.      Batu di piala ginjal
Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral. Hematuri dan piuria dapat dijumpai. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
c.       Batu yang terjebak di ureter
Dapat menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar. Hematuria akibat aksi abrasi batu. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
d.      Batu yang terjebak di kandung kemih
Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.
F.      Pemerikasaan Diagnostik

a.       Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam.
b.      Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
c.       Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d.      Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan elektrolit.
e.       Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
f.       Darah lengkap :
Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
Sel darah merah : biasanya normal.
Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
g.      Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
h.      IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.
i.        USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
G.    Penatalaksanaan
a.       Terapi :
1.      Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2.       Allopurinol untuk batu asam urat.
3.      Renisillin untuk batu systin.
4.      Antibiotika untuk mengatasi infeksi.
b.      Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
1.      Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat : mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2.      Batu asam urat
Makanan yang dikurangi : daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-lain.
3.      Batu struvite
Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4.      Batu cystin
Makanan yang dikurangi : sari buah, susu, kentang. Anjurkan pasien banyak minum : 3-4 liter/hari serta olahraga yang teratur.
H.    Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan urolithiasis
a.       Pengkajian
1.      Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll. 
2.      Riwayat Kesehatan 
a.       Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak di ketahui.
b.      Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang kaya vit D, klien suka mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan mengkonsumsi berbagai macam makanan atau minuman dibuat dari susu/ produk susu. 

c.       Riwayat Penyakit Keluarga
apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit lainnya. 

3.      Dasar-dasar Pengkajian
1.      Aktifitas/istirahat
Gejala       : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).
2.      Sirkulasi
 Tanda       : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.
3.      Eliminasi
Gejala      : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih.
Tanda     : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih
4.      Makanan/cairan
 Gejala       : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup.
Tanda       : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5.      Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala       : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda       : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.
6.      Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala       : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin.
b.      Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b.d peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ureteral.
2.      Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d mual, muntah.
3.      Perubahan pola eliminasi b.d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.
4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurangnya informasi.
5.      Cemas b.d tindakan invasif, pemeriksaan dan persiapan operasi.
6.      Nyeri b.d adanya luka operasi
7.      Risiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya luka operasi dan drain
c.       Intervensi
1.      Nyeri b.d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral.
Hasil yang diharapkan (HYD) :
Nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 1-2 hari dengan kriteria :
a.     Pasien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
b.    Ekspresi wajah tampak rileks
Rencana Tindakan :
a.     Kaji dan catat lokasi, lamanya, intensitas nyeri
Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
b.    Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan bila terjadi perubahan kejadian/karakteristik nyeri.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesik sesuai waktu.
c.     Berikan tindakan nyaman contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan meningkatkan koping.
d.    Bantu atau dorong penggunaan napas dalam, bimbingan imajinasi.
Rasional : Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
e.    Dorong/bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sekitar 3-4 liter/hari.
Rasional : Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu dan mencegah stasis urine, dan membantu mencegah pembentukan batu selanjutnya.
f.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik.
Rasional : Analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri.

2.      Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan tubuh b.d mual, muntah.
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang normal.
Intervensi :
a.     Awasi pemasukan dan pengeluaran.
Rasional : Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat stasis / kerusakan ginjal.
b.    Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau mencetuskan.
Rasional : Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal.
c.     Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 l/hari.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis juga tindakan mencuci yang dapat membilas batu keluar.
d.    Awasi tanda-tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : Indikator hidrasi/volume sirkulasi dan memberikan intervensi yang tepat.
e.    Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Peningkatan berat badan cepat mungkin dengan retensi.
f.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, elektrolit.
Rasional : Mengkaji hidrasi dan keefektifan, kebutuhan intervensi.
3.      Perubahan pola eliminasi urin b.d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.
Hasil yang diharapkan (HYD) :
Pola eliminasi kembali normal : frekuensi, jumlah / volume dalam waktu 2 – 4 hari dengan kriteria :
a.       Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya.
b.      Tidak ditemukan tanda obstruksi (hematuri)
Rencana Tindakan :
1.      Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urin.
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal adanya komplikasi : perdarahan.
2.      Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
3.      Dorong meningkatkan pemasukan cairan : 3 – 4 liter/hari.
Rasional : Peningkatan hidrasi membuang bakteri, darah, dan dapat membantu lewatnya batu.
4.      Periksa semua urin, catat adanya keluaran batu.
Rasional : Identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
5.      Palpasi untuk distensi suprapubik dan perhatikan pemenuhan keluaran urin, adanya edema.
Rasional : Retensi urin dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih / ginjal).
6.      Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.
Rasional : Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laboratorium : elektrolit, BUN, kreatinin.
Rasional : Mengindikasikan disfungsi ginjal.
d.      Implementasi
Perencanaan yang  dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien melakukan teknik relaksasi : napas dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul nyeri, memantau dan mengobservasi keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen, mengawasi dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari karena pasien yang ditemui sudah lansia, mengawasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, mengkaji pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi, mengkaji keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk menilai adanya distensi suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan pasien tentang penyakit; penyebab, tanda/gejala dan komplikasi penyakit, mendengarkan ungkapan pasien tentang program terapi/perubahan pola hidup, mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik : nyeri berulang, hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan dan menjelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.
e.       Evaluasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan tujuan


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta makanan yang dapat mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu.
Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4 liter/hari), diit yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada saluran kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan batu yang baru.






DAFTAR PUSTAKA
Bilotta, 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddent. 2002. Keperawatan Medikal Bedah volume 2. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn E, RN. BSN, MA, CS, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi ketiga). Jakarta: EGC.
Elizabeth, J Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi edisi 3. Jakarta: EGC.
Judith & Nancy. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Kurniasih, Ningsih. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Nursalam, DR. M.Nurs,dkk.(2006). System Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Purnomo basuki b, 2011. Dasar-dasar urologi. Edisi ke tiga. Jakarta: Sagung Seto.
Sudoyo, A W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Tarwoto dan Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BATU REN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras se...