BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faringitis kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis-Viral (Faringitis karena Virus) adalah peradangan pharynx (bagian tenggorokan antara amandel dan pangkal tenggorokan) yang disebabkan oleh virus. Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan perdadangan. Namun yang paling umum penyebab peradangan adalah virus. Ketika di tenggorokan tidak ditemukan bakteri penyebab gejala, kemungkinan besar faringitis disebabkan virus. Peradangan ini mengkibatkan sakit tenggorokan. Faringitis dapat terjadi sebagai bagian dari infeksi virus yang juga melibatkan sistem organ lain, seperti paru-paru atau usus.
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi,tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar penyakit faringitis tersebut?
2. Bagamana memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan faringitis ?
C. Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami baik konsep dasar faringitis maupun konsep keperawatan pada klien dengan faringitis.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring). Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.
B. Etiologi
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
1. Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkan demam .
2. Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat tenggorokan teriritasi.
3. Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease).
4. Alergi. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat kronis (menetap).
5. Bakteri streptokokus, dipastikan dengan Kultur tenggorok. Tes ini umumnya dilakukan di laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien. Dapat ditemukan gejala klasik dari kuman streptokokus seperti nyeri hebat saat menelan, terlihat bintik-bintik putih, muntah – muntah, bernanah pada kelenjar amandelnya, disertai pembesaran kelenjar amandel.
6. Merokok.
Kebanyakan radang tenggorokan disebabkan oleh dua jenis infeksi yaitu virus dan bakteri. Sekitar 80% radang tenggorokan disebabkan oleh virus dan hanya sekitar 10-20% yang disebabkan bakteri. Untuk dapat mengatasinya, penting untuk mengetahui infeksi yang dialami disebabkan oleh virus atau bakteri streptokokus.
Infeksi virus biasanya merupakan penyebab selesma (pilek) dan influenza yang kemudian mengakibatkan terjadinya radang tenggorokan. Selesma biasanya sembuh sendiri sekitar 1 minnu begitu tubuh Anda membentuk antibodi melawan virus tersebut.
C. Epidemiologi
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi,tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
D. Gejala
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. Gejala lainnya adalah:
1. Demam
2. Pembesaran kelenjar getah bening di leher
3. Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Kenali gejala umum radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut:
1. Rasa pedih atau gatal dan kering.
2. Batuk dan bersin.
3. Sedikit demam atau tanpa demam.
4. Suara serak atau parau.
5. Hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung.
Infeksi bakteri memang tidak sesering infeksi virus, tetapi dampaknya bisa lebih serius. Umumnya, radang tenggorokan diakibatkan oleh bakteri jenis streptokokus sehingga disebut radang streptokokus. Seringkali seseorang menderita infeksi streptokokus karena tertular orang lain yang telah menderita radang 2-7 hari sebelumnya. Radang ini ditularkan melalui sekresi hidung atau tenggorokan.
Kenali gejala umum radang streptokokus berikut:
1. Tonsil dan kelenjar leher membengkak.
2. Bagian belakang tenggorokan berwarana merah cerah dengan bercak-bercak putih.
3. Demam seringkali lebih tinggi dari 38 derajat celsius dan sering disertai rasa menggigil.
4. Sakit waktu menelan.
Radang streptokokus memerlukan bantuan dokter karena bila penyebabnya adalah kuman streptokokus dan tidak mendapat antibiotik yang memadai maka penyakit akan bertambah parah dan kuman dapat menyerang katup jantung sehingga menimbulkan penyakit Demam Rhematik.
Infeksi virus biasanya merupakan penyebab selesma (pilek) dan influenza yang kemudian mengakibatkan terjadinya radang tenggorokan. Selesma biasanya sembuh sendiri sekitar 1 minggu begitu tubuh Anda membentuk antibodi melawan virus tersebut.
E. Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
Berdasarkan lama berlangsungnya
1. Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
2. Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membrane mukosa.
b. Faringitis atrofi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut).
c. Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.
Berdasarkan agen penyebab
Faringitis Virus dan Faringitis Bakteri
Faringitis Virus dan Faringitis Bakteri
Faringitis Virus | Faringitis Bakteri |
Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan | Sering ditemukan nanah di tenggorokan |
Demam ringan atau tanpa demam | Demam ringan sampai sedang |
Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat | Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang |
Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar | Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening |
Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif | Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat |
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri | Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium |
F. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
G. Diagnosis
1. Pemeriksaan serologic.
2. Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam.
3. Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru.
4. Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam di jaringan.
H. Komplikasi
Penyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan radang ginjal (glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang telinga bagian tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat menimbulkan nanah).
I. Tindakan penanganan
1. Untuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan aspirin atau asetaminofen cairan dan istirahat baring. Komplikasi seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri karena adanya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus sehingga untuk mengatsi komplikasi ini dicadangkan untuk menggunakan antibiotika.
2. Untuk faringitis bakteri paling baik diobati dengan pemberian penisilin G sebanyak 200.000-250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari. Pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam. Erritromisin atau klindamisin merupakan obat alin dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap penisilin. Jika penderita menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula meringankan gejala nyeri tenggorokan dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Dasar
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).
b. Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
2. Riwayat Keperawatan, meliputi :
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
1) Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan.
Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan.
2) Keluhan utama
a) Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher.
b) Pasien mengatakan mual dan muntah.
c) Pasien mengatakan sakit saat menelan
3) Kronologis keluhan
Pasien mengeluh nyeri di leher
Pasien mengeluh nyeri di leher
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS…..
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson, seperti :
Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson, seperti :
a. Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate.
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate.
b. Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
c. Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
d. Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.
e. Gerak aktivitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.
f. Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya, misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya, misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.
g. Pengaturan suhu tubuh
Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, apakah pasien mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien mulai dari ekspresi wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau kemerahan, wajahnya pucat atau tidak.
Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, apakah pasien mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien mulai dari ekspresi wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau kemerahan, wajahnya pucat atau tidak.
h. Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan sebagainya.
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan sebagainya.
i. Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).
j. Rasa aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.
k. Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
l. Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
m. Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
n. Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
4. Pengkajian Fisik, meliputi :
a. Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali MRS).
b. Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi).
c. Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher.
d. Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur dan uji resistensi
PARINGITIS
Infflamasi







Mukosa Kemerahan
Demam
PATHWAY FARINGITIS
PARINGITIS |
Infflamasi |
Mukosa Kemerahan |
Demam |


|
|

![]() |
|
|

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses inflamasi.
5. Risiko tinggi deficit volume cairan dengan factor risiko:
a. Penguapan, demam.
b. Intake yang kurang.
6. Risti penularan dengan factor risiko:
a. Daya tahan tubuh yang rendah.
b. Droplet
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.
C. Rencana Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
Tujuan Intervensi: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang.
Kriteria hasil:
a. Nyeri pasien berkurang dari skala 5 menjadi 3
b. Pasien tidak tampak meringis
c. TTV normal
Intervensi:
a. Kaji ulang tingkat nyeri.
Rasional: membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi.
b. Ajarkan teknik relaksasi.
Rasional: mengendalikan nyeri, dan dapat merubah mekanisme sensasi nyeri serta mengubah persepsi nyeri.
c. Kaji TTV
Rasional: perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional: Agar tepat dalam memilih tindakan untuk mengatasi nyeri, meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri, untuk mengetahui keadaan umum pasien, untuk mengurangi nyeri.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas.
Tujuan Intervensi: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bernapas lancar.
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengeluarkan sputum.
b. Pasien mengatakan dapat bernapas dengan lancar.
Intervensi:
a. Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien.
Rasional: pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.
b. Anjurkan untuk minum air hangat
Rasional: air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan secret.
c. Ajari pasien untuk batuk efektif
Rasional: batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten.
d. Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran.
Rasional: espektoran dapat mencairkan sputum agar mudah dikeluarkan, melegakan saluran pernapasan dan mengencerkan dahak.
Rasional: espektoran dapat mencairkan sputum agar mudah dikeluarkan, melegakan saluran pernapasan dan mengencerkan dahak.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
Tujuan Intervensi: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil:
Kriteria Hasil:
a. Pasien mengatakan tidak sakit dalam menelan makanan.
b. Pasien makan dengan lahap.
c. Nafsu makan pasien meningkat.
d. Pasien nampak lebih segar
Intervensi:
a. Kaji intake makanan pasien.
Rasional: mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih intervensi.
b. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan serat.
Rasional: memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi.
1) Untuk mengetahui adanya peningkatan nafsu makan.
2) Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3) Untuk mendapatkan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional: berguna dalam identifikasi kebutuhan nutrisi individu untuk meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses inflamasi.
Tujuan Intervensi: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien kembali normal.
Kriteria Hasil: suhu tubuh normal (36,8 - 37,2 0C), klien tampak segar dan nyaman.
Intevensi:
a. Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/ diaphoresis.
Rasional: suhu 38,9 – 41,1 0C menunjukkan proses infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam mendiagnosis.
b. Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol.
Rasional: dapat membantu mengurangi demam. Penggunaan alcohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara actual. Selain itu alcohol dapat mengeringkan kulit.
c. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
Rasional: digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme.
5. Risiko tinggi deficit volume cairan dengan factor risiko:
a. Penguapan, demam.
b. Intake yang kurang
Tujuan Intervensi: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terdapat lagi tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil: cairan tubuh seimbang, TTV normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi:
a. Kaji TTV, membrane mukosa, turgor kulit.
Rasional: indicator dehidrasi/hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan.
b. Dorong meningkatkan masukan oral bila mampu.
Rasional: memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasive dan mempengaruhi kembalinya fungsi tenggorokan.
c. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal. Mis. Jadwal masukan cairan.
Rasional: melibatkan pasien untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan.
d. Kolaborasi untuk pemberian cairan tambahan IV sesuai indikasi.
Rasional: menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.
6. Risti penularan dengan factor risiko:
a. Daya tahan tubuh yang rendah.
b. Droplet
Tujuan Intervensi: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi penularan.
Intervensi:
a. Pantau TTV dengan ketat, khususnya selama awal terapi.
Rasional: selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat terjadi.
b. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran secret dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau secret.
Rasional: penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan atau terjadinya infeksi sekunder.
c. Kolaborasi untuk pemberian antimicrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum darah, misalnya penisilin, eritromisin, tetrasiklin,amantadin.
Rasional:
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Tujuan Intervensi: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien meningkat.
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat menyebutkan kembali apa yang dijelaskan perawat.
b. Pasien mengangguk dan nampak mengerti.
c. Pasien mengatakan mengerti.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan kesiapan untuk belajar.
Rasional: belajar lebih mudah bila mulai dari pengetahuan peserta belajar.
b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat.
Rasional: dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlikan evaluasi lanjut.
c. Berikan informasi tetulis/semacam cacatan petunjuk.
Rasional: sumber bagi pasien untuk merujuk pada saat kapan pasien merasa ragu-ragu mengenai latihan tertentu, diet, efek/interaksi obat atau efek samping obat tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring). Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan faringitis yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses inflamasi.
5. Risiko tinggi deficit volume cairan dengan factor risiko:
a. Penguapan, demam.
b. Intake yang kurang.
6. Risti penularan dengan factor risiko:
a. Daya tahan tubuh yang rendah.
b. Droplet
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.
B. Saran
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar dapat meningkatkan lagi ilmu dan pengetahuan yang dimiliki khususnya dibidang Keperawatan Medikal Bedah.
No comments:
Post a Comment