Sunday, 1 May 2011

ASKEP KANKER LARING


Tugas:keperawatan medikal bedah II
Dosen: Ns.mulyanto,S.kep

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS
KANKER  LARING

OLEH
KELOMPOK I

IRMAWATI                               : 908312906105.0034
ASRUDIN                         : 908312906105.0035
IRNAMAYANTI                 : 908312906105.0058
NANI KARSIANI                      : 908312906105.0062
DARMAWAN                     : 908312906105.0007
TITIN REFERENSI            : 908312906105.0045
BOWO YUGO PRAYITNO   : 908312906105.0048
AJAT SUDRAJAT                      : 908312906105.0046

SI.KEPERAWATAN
KELAS III.A

SEKOLAH TIGGI ILMU KESEHATAN AVECENNA KENDARI
2011
KONSEP DASAR KANKER LARING

A. DESKRIPSI
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan. Kanker ini sering ditemukan pada pecandu rokok dan alkohol.
Laring kanker juga dapat disebut kanker laring atau karsinoma laring. kanker laring Kebanyakan karsinoma sel skuamosa, yang mencerminkan asal mereka dari sel skuamosa yang merupakan mayoritas dari epitel laring.
Kanker dapat berkembang pada setiap bagian dari laring, namun angka kesembuhan dipengaruhi oleh lokasi tumor. Untuk keperluan pementasan tumor, laring dibagi menjadi tiga daerah anatomi: celah suara (pita suara benar, anterior dan posterior komisura), sedangkan supraglottis (epiglottis, arytenoids dan lipatan aryepiglottic, dan kabel palsu), dan subglottis.
kanker laring Sebagian besar berasal dari celah suara. kanker Supraglottic kurang umum, dan tumor subglottic paling tidak sering.
Laryngeal kanker dapat menyebar dengan perluasan langsung ke struktur yang berdekatan, dengan metastasis ke daerah kelenjar getah bening leher rahim, atau lebih jauh, melalui aliran darah. Jauh metastates ke paru-paru yang paling umum.
Dua di 20.000 (12.500 kasus baru per tahun) di Amerika Serikat. The American Cancer Society memperkirakan bahwa 9.510 pria dan wanita (7.700 pria dan 1.810 wanita) akan didiagnosis dengan dan 3.740 pria dan wanita akan meninggal karena kanker laring pada tahun 2006.
Kanker laring terdaftar sebagai "penyakit langka" oleh Kantor Penyakit Langka (ORD) dari Institut Kesehatan Nasional (NIH). Ini berarti bahwa kanker laring mempengaruhi kurang dari 200.000 orang di AS
Setiap tahun, sekitar 2.200 orang di Inggris yang didiagnosis dengan kanker laring
Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan dilaring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena penanggulannnya mencakup berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negeri karsinoma laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan dibidang THT, sedangkan di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.
Menurt data statistik WHO tahun 1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip oleh Batsakis tahun 1979 rata-rata 1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh karsinoma laring.
Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data yang dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring mewakilil dari 1 % yang mewaklili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering pada laki-laki dibanding wanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70 tahun.
Setiap  tahun di Amerika Serikat sekitar 11 sampai 600 kasus baru ditemukan dari 4030 individu menderita kanker laring akan mati. (American Canser Society 995).
Beberapa karsinogen : tembakau (berasap atau tidak), alkkohol dan efek kombinasinya, pemajanan terhadap asbestos, gas mustab, kayu, kulit, dan logam.
Faktor penunjang lainnya : berteriak keras, laringitis kronis, defisiensi nutrisi (riboflavin), dan predisposisi
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1.  Anatomi dan Fisiologi Sistem pernafasan
Pernafasasn (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2. sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Fungsi pernafasan:
a.    Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah seluruh tubuh (sel – selnya) untuk mengadakan pembakaran.
b.    Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sias adari pembakaran , kemudian di abewa oleh garah ke paru – paru untuk dibuang
c.    Menghangatkan dan melembabkan udara
Organ – organ pernafasan
Saluran pernafasan terdiri dari  hidung, faring, laring, trakea, broncus, broncheolus dan alveolus.Saluran pernafasan dari hidung sampai bronchiolus dilapisi oleh membrane mukosa yang bersilia.Ketika udara masuk kdalam rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan, Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel torax bertinglat, bersilia da bersel goblet.( lihat gambar A).
a.    Hidung:
1)    Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
2)   Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu – bulu hidung
3)   Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4)   Membunuh kuman – kuman yang masuk, bersama – samaudara pernafasan oleh lekosit yang terdapat dalam selaput lender (mukosa atau hidung)
b.    Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasr tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian kartilago krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring), dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring (laringofaring )fungsi faring adalah Mengalirkan udara dari hidung ke laring
c.    Laring
Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengan dung pita suara. Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trachea dibawahnya.
d.    Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepeti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inchi/9 cm
e.    Bronchus
Bronchus utama kiri dan kanan tidak simetris ( lihat gambar).Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupalkan kelanjutan dari trakea yang arahnya lebih vertical .Sebaliknya , bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.
f.    Alveolus
Merupakan inti dari fungsi  pernafasan ,karena pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dengan kapiler darah.
Fisiologi pernafasan : 4 proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmonary :
  1. ventilasi pulmonal atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar
  2. arus darah melalui paru-paru
  3. distribusi arus udara dan arus darah sesemikian sehingga jumlah tepat dari setiap udara dapat mencapai semua bagian tubuh
  4. difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih nudah berdifusi dari pada O2  
2.  Anatomi dan Fisiologi Laring
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan antara faring dan trakea.Laring juga sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
a.    Epiglotis : Daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
b.    Glotis : Ostium antara pita suara dalam laring
c.     Kartilago tiroid : Kartilago terbesar pada trakea, sebagian darai kartilago ini memebentuk jakun ( Adam ‘s Apple).
d.    Kartilago krikoid : satu – satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring ( terletak di bawah kartilago tiroid).
e.    Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
f.     Pita Suara : Ligamen yang dikontrol oleh otot yang menghasilkan bunyi suara , pita suara melekat pada lumen laring .

Udara  mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara .Diantara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glottis.Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah .Meskipun laring terutama dianggap  berhubungan dengan fonasi , tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting.Pada waktu menelan gerakan laring ke atas,penutupan glottis, dan fungsi seerti laring pada aditus laring dari epiglottis yang berbentuk daun, berperan untuk engarahkan makanan dan cairan mauk ke dalam esophagus, namun jika benda asing bisa mabsuk melampoi glottis, maka laring yang mempnyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda dan secret keluar dari saluran pernapasan bagian bawah.
3.  Proses Pembentukan Suara
Terbentuknya suara merupakan hasil kerja sama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir.Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara ini tidakadapat bergetra, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara maka kartilago tiroid dan kartilago aritenoid diputar, akibatnya pita suara daoat menjadi kencang dan mengendor,dengan demikian sela udara menjadi sempit  dan menjadi luas.Pergerakan ini dibantu pula oleh otot- otot laring , udara yang dari paru – paru dihembuskan dan menggetarkan pita suara ,getran ini diteruskan melalui udara yang keluar masuk.Perbedaan suara seseorang tergantung pada tebal dan panjangnya pita suara.Pita suara pria lebih panjang dan tebal dari pada pita suara wanita.
C. PATOFISIOLOGI   
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama neoplasma laryngeal, 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase ke arah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglottis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor superglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakkan.
D. PENYIMPANGAN KDM
Usia lebuh dari 40 tahun
Penghirupan asap berbahaya
Sinar radioaktif
Serbuk kayu
Terpapar bertahun-tahun

Pertumbuhan sel abnormal                                                                        pembentukan massa pada tenggorokan

Pada laring                                                                                                                terjadi obstruksi

Terbentuk massa dan penumpukan secret                                                 kesulitan menelan

                                                                                                                                      nyeri
                                                                                                                                      rasa ketidaknyamanan
Text Box: CEMAS                                                                                                                                     
                                                                                        
pembedahan                                                              radiasi,agen kemoterapi,gangguan sirkulasi dan sirkulasi darah serta pembentukan udem
Text Box: KERUSAKAN INTEGRITAS kulitterputusnya kontinuitas jaringan                                  
pelepasan mediator kimia
(histamine dan prostatglandin)                                                                                                  asupan makanan terganggu
Text Box: PEMENUHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUHText Box: NYERI                                                                                                                                                                       
Text Box: BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF                                                                                                                                                                       
 

pengangkatan batang suara/hambatan fisi(selang trakestomi)                   perub anatomi wajah & leher
Text Box: KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBALText Box: GANGGUAN CITRA DIRI                                        


E. ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang – orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring.Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok , alcohol, dan oleh sinar radioaktif.
F. GEJALA
Kanker laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan suara serak. Seseorang yang mengalami serak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera memeriksakan diri. Kanker bagian laring lainnya menyebabkan nyeri dan kesulitan menelan. Kadang sebuah benjolan di leher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening, muncul terlebih dulu sebelum gejala lainnya timbul.
Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah:
1.     nyeri tenggorokan
2.    nyeri leher
3.    penurunan berat badan
4.    batuk
5.    batuk darah
6.    bunyi pernafasan yang abnormal.
G. DIAGNOSA
Diagnosa dibuat oleh dokter atas dasar riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan investigasi khusus yang mungkin termasuk dada x-ray, CT scan atau MRI, dan biopsi jaringan.
Pemeriksaan laring membutuhkan beberapa keahlian, yang mungkin memerlukan rujukan spesialis.
Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan sistematis seluruh pasien untuk menilai kesehatan umum dan untuk mencari tanda-tanda kondisi yang berhubungan dan penyakit metastasis. Leher dan Fosa supraklavikula yang teraba merasa untuk adenopati serviks, massa lain, dan Krepitus laring.
Rongga mulut dan orofaring diperiksa di bawah penglihatan langsung. laring ini dapat diperiksa dengan laringoskopi tidak langsung menggunakan cermin miring kecil dengan cahaya pegangan panjang (mirip dengan cermin dokter gigi) dan kuat.
Laringoskopi tidak langsung dapat sangat efektif, tetapi membutuhkan keterampilan dan praktek bagi hasil yang konsisten. Untuk alasan ini, banyak klinik spesialis sekarang menggunakan endoskopi hidung serat optik mana endoskopi tipis dan fleksibel, dimasukkan melalui lubang hidung, digunakan dengan jelas memvisualisasikan seluruh faring dan laring.
Hidung endoskopi adalah prosedur cepat dan mudah dilakukan di klinik. semprotan anestesi lokal dapat digunakan.
Jika ada kecurigaan kanker, biopsi dilakukan, biasanya di bawah anestesi umum. Hal ini memberikan bukti histologis jenis kanker dan kelas.
Jika lesi tampak kecil dan baik lokal, dokter bedah dapat melakukan eksisi biopsi, di mana dilakukan usaha untuk sepenuhnya menghapus tumor pada saat biopsi pertama.
Dalam situasi ini, ahli patologi tidak hanya akan dapat mengkonfirmasikan diagnosis, tetapi juga dapat mengomentari kelengkapan eksisi, yaitu, apakah tumor telah sepenuhnya dihapus.
Pemeriksaan endoskopik penuh trakea, laring, dan kerongkongan sering dilakukan pada saat biopsi.
Untuk tumor glotis kecil pencitraan lebih lanjut mungkin tidak diperlukan. Dalam kebanyakan kasus, pementasan tumor selesai dengan memindai daerah kepala dan leher untuk menilai sejauh mana lokal dari tumor dan setiap kelenjar getah bening patologis pembesaran serviks.
Rencana pengelolaan akhir akan tergantung pada situs, tahap (ukuran tumor, penyebaran nodal, metastasis jauh), dan tipe histologis. Kesehatan secara keseluruhan dan keinginan pasien juga harus diperhitungkan.
Pengobatan khusus tergantung pada lokasi, jenis, dan tahap tumor. Pengobatan mungkin melibatkan operasi, radioterapi, atau kemoterapi, sendiri atau dalam kombinasi. Ini adalah wilayah khusus yang membutuhkan keahlian terkoordinasi telinga, hidung dan tenggorokan (THT) bedah (otolaryngologists) dan ahli kanker.


Merokok merupakan faktor risiko terpenting untuk kanker laring. Kematian dari kanker laring adalah 20 kali lebih mungkin untuk perokok berat daripada bukan perokok.
berat konsumsi alkohol kronis, terutama roh beralkohol, juga signifikan. Ketika digabungkan, dua faktor ini tampaknya memiliki efek sinergis.
Beberapa faktor risiko lain dikutip mungkin, sebagian, berhubungan dengan alkohol yang berkepanjangan dan konsumsi tembakau. Ini termasuk rendahnya status sosial ekonomi, jenis kelamin laki-laki, dan usia lebih dari 55 tahun.
Orang-orang dengan sejarah kanker kepala dan leher diketahui berada pada risiko yang lebih tinggi (sekitar 25%) dari mengembangkan kanker kedua dari kepala, leher, atau paru-paru.
Hal ini terutama karena dalam proporsi yang signifikan dari pasien, saluran aerodigestive dan epitel paru-paru telah terkena kronis terhadap efek karsinogenik dari alkohol dan tembakau.
Dalam situasi ini, efek perubahan lapangan dapat terjadi, di mana jaringan epitel mulai menjadi difus displastik dengan ambang dikurangi untuk perubahan ganas. Risiko ini dapat dikurangi dengan berhenti alkohol dan tembakau.

I.  STADIUM
1.     ST1 T1 N0 M0      
Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior. Tumor terbatas pada daerah subglotis. Tidak ada metastasis jauh       

2.    ST II T2 N0 M0  
Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh
c. STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0         
Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh     
d. STIV T4 N0/N1 M0   
Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring. Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau dua-duanya.        
e. T1/T2/T3/T4 N2/N3 
f. T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1

J. PENGOBATAN
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi. Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan gigi diatasi, jika mungkin sebelum dilakukan pembedahan. Jika pembedahan akan dilakukan, tim yang terdiri atas multidisiplin ilmu mengevaluasi kebutuhan pasien dan keluarga untuk mengembangkan suatu rencana keperawatan yang berhasil.
1.     Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanyamengalami 1 pita suara yang ssakit dan normalnya dapat digerakan(bergerak saat fonasi), selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkinmengalami kondritis (inflamasi cartilage) atau stenosis. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara praoperatif untuk mengurangi ukuran tumor.
2.    Operasi : laringektomi
a)    laringektomi parsial (laringofisura-tirotomi )
dilakukan pada kanker area glottis tahap dini ketika hanya 1 pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai kesembuhan sangat tinggi. Dalam operasi ini 1 pita suara diangkat dan semua struktur lainnya tetap utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau. Jalan nafas tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.
b)   laringektomi supraglotis ( horizontal )
laringektomi supra glottis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang  hyoid, glottis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara, kartilago krikoid dan trachea tetap utuh. Selama operasi, dilakukan diseksi leher radikal pada tempat yang sakit. Selang trakheostomi dipasang dalam trachea sampai jalan nafas glottis pulih. Selang trakheostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi bahaya aspirasi.
Pascaoperatif, klien kemungkinan akan mengalami disfagia selama 2 minggu pertama.
Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa, masalah utama adalah kanker tersebut akan kambuh. Karenanya pasien harus dengan sangat cermat dipilih untuk menjalani tindakan ini.
c)    laringektomi hemivertikal
Laringektomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis.
Dalam prosedur ini kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara(1 pita suara sejati 1 pita suara palsu)dengan pertumbuhan tumor diangkat. Pasien akan mempunyai selang trakheostomi dan selang nasogastrik setelah operasi. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit tenggorok) dan proyeksi. Jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh. Pasien beresiko mengalami aspirasi pascaoperasi.
d)   Laringektomi total
laringektomi total dilakuukan ketika kanker meluas dipita suara. Lebih jauh ketulang hyoid, epoglotis, kartilago krikoid, dan 2 atau 3 cincin trachea diangkat. Lidah, dinding faringela dan trachea ditinggalkan. Banyak ahli bedah yang menganjurkan dilakukannya diseksi leher pada sisi yang sama dengan lesi bahkan jika tidak teraba nodus limpe sekalipun. Rasional untuk tindakan ini adalah metastase kenodus limfe servikal sering terjadi.  Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis tengah atau kedua pita suara.
Dengan atau tampa diseksi leher, laringektomi total memerlukan stoma tracheal permanent. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan kedalam saluran pernafasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi total mengubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan berbicara.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KANKER LARING

A. PENGKAJIAN
Data pre dan postoperasi tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses kanker dan koplikasi yang ada.    
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
1.     Identitas klien     
a)    Nama,
b)   tempat/tanggal lahir,
c)    jenis kelamin,
d)   umur,
e)   pendidikan,
f)    pekerjaan,
g)   status,
h)   agama,
i)     alamat,
j)    hubungan klien dengan penanggung jawab.     
2.    Pemeriksaan fisik. 
3.    Riwayat kesehatan sekarang.    
4.    Riwayat kesehatan lalu.   

a.    INTEGRITAS EGO        
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan. Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
    
b.    MAKANAN ATAU CAIRAN     
Gejala :Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek. 

c.    HIGIENE   
Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.    

d.    NEUROSENSORI 
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian. Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa.
         
e.    NYERI ATAU KENYAMANAN 
Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring. Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan dengan nyeri sebelum pembedahan). Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot. 

f.    PERNAPASAN      
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal. Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.    

g.    KEAMANAN         
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran. Tanda : Massa atau pembesaran nodul.         

h.   INTERAKSI SOSIAL    
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi sosial. Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.









B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN                 
tahap preoperasi:
1.       Nyeri berhubungan dengan kesulitan menelan dan adanya massa dan adanya obstruksi
Batasan karakteristik:
Mengeluhkan nyeri bagian tenggorokan dan leher.
Tujuan:
Nyeri berkurang
Kriteria hasil:
klien tampak rileks da lebih nyaman.
Rencana tindakan:
a)    Memberikan posisi senyaman mungkin pada klien
b)   Bersifat empati
c)    Memberikan lingkungan yang nyaman paa klien
d)   Memberi kegiatan yang ringan dan menarik agar nyeri yang dirasakan klien dapat teralihkan
Kolaborasi:
e)   Memberikan obat anti analgetik
Rasional: menghambat atau menghilangkan rasa dan persepsi nyeri
2.       Ansietas berhubungan dengan tentang pra dan pascaoperasi dan takut akan kecacatan dan kematian.
Batasan Karakteristik :
Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah, menolak operasi.
Tujuan :
Cemas berkurang atau hilang. 
Kriteria Hasil :
Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan posoprasi, secara verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Rencana tindakan:
e)   Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi, termasuk tes laboratorium praoperasi, persiapan kulit, alasan status puasa,obat-obatan praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan pada klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.
Rasional: pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerjasama pasien.       

f)    Jika laringektomi total akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter untuk mendapatkan kunjungan dari anggota klub laringektomi.Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi suara.
Rasional: mengetahui apa yang diharapkan dan melihat hasil yang sukses membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.

g)   Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan semula, mungkin ruangan penyakit dalam atau ruangan bedah.Mungkin saja akan dipasang NGT. Pemberian makan per sonde diperlukan sampai beberapa minggu setelah pulang hingga insisi luka sembuh dan mampu untuk menelan (jika operasi secara radikal di leher dilaksanakan).Alat bantu jalan napas buatan (seperti trakeostomi atau selang laringektomi) mungkin akan terpasang hingga pembengkakan dapat diatasi.Manset trakeostomi atau selang T akan terpasang di jalan napas buatan, untuk pemberian oksigen yang telah dilembabkan atau memberikan udara dengan tekanan tertentu.
Rasional: pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.
h)   Jika akan dilakukan laringektomi horizontal atau supraglotik laringektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara menelan sebagai berikut:      
1)    Ketika makan duduk dan tegak lurus ke depan dengan kepala fleksi, letakan porsi kecil makanan di bagian belakang dekat tenggorok, tarik napas panjang dan tahan (ini akan mendorong pita suara bersamaan dengan menutupnya jalan masuk ke trakea), menelan dengan menggunakan gerakan menelan,batukan dan menelan kembali untuk memastikan tidak ada makanan yang tertinggal di tenggorokan.                  
Rasional: karena epiglotis sudah diangkat pada jenis laringektomi seperti ini, aspirasi karena makanan per oral merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Belajar bagaimana beradaptasi dengan perubahan fisiologik dapat menjadikan frustrasi dan menyebabkan ansietas.Berlatih secara terus – menerus dapat membantu mempermudah belajar dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut




3.       kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur pre dan postoperasi,
Batasan Karakteristik: kurang kerjasama dan menolak untuk dioperasi,menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.
Tujuan :  klien mengerti tentang prosedur tindakan  yang akan dilakukan dan Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan, klien dioperasi.
Rencana tindakan :
a)    memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan pada klien.
b)   Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
c)    Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
d)   Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.
Tahap  post operasi:
1.     Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2.    Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3.    Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.
4.    Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat.
5.    Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
6.     Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.


Tujuan Pemulangan:
1.     Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2.    Komunikasi dengan efektif.
3.    Komplikasi tercegah atau minimal.
4.    Memulai untuk mengatasi gambaran diri.
5.    Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.
1.     Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data :
Ketidaknyamanan pada area bedah atau nyeri karena menelan, nyeri wajah, perilaku distraksi, gelisah, perilaku berhati-hati.
Tujuan :
Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria.
Rencana tindakan :
a)    Sokong kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana menyokong leher selama aktivitas.
Rasional:  kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur leher dan atau bahu. Kurang sokongan meningkatkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan cedera pada area jahitan.
b)   Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tidak mampu menelan.
Rasional: menelan menyebabkan aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema atau regangan jahitan.
c)    Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan tenggorok untuk trauma baru.
Rasional:  dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut atau intervensi.Jaringan terinflamasi dan kongesti dapat dengan mudah mengalami trauma dengan penghisapan kateter dan selang makanan.
d)   Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek analgesik.
Rasional:  alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
e)   Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan.
f)    Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi.
Rasional:  derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri.
2.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
Batasan karakteristik :
Sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau kedalaman pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas tidak normal,sianosis.
Tujuan:
Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil :
Bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
a)    Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas. Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis.
Rasional :perubahan pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
b)   Tinggikan kepala 30-45 derajat.
Rasional: memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
c)    Dorong menelan bila pasien mampu.
Rasional: mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
d)   Dorong batuk efektif dan napas dalam.
Rasional:  memobilisasi sekret untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.
e)   Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah, warna dan konsistensi sekret.
f)    Rasional:  mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
g)   Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan posterior.
Rasional:  sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit bernapas secara tiba-tiba.
h)   Ganti selang atau kanul sesuai indikasi.
Rasional: mencegah akumulasi sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas. Catatan : ini penyebab umum distres pernapasan atau henti napas pada pascaoperasi.



Kolaborasi
i)     Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan masukan cairan.
Rasional: fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.
j)    Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada.
Rasional: pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.
3.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Karakteristik data :
Ketidakmampuan berbicara, perubahan pada karakteristik suara.
Tujuan:  
Komunikasi klien akan efektif .
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh.
Rencana tindakan :
Mandiri
a)    Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu,gunakan gambaran anatomik atau model untuk membantu penjelasan.
Rasional: untuk mengurangi rasa takut pada klien.
b)   Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti pendengaran dan penglihatan.
Rasional: adanya masalah lain mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.
c)    Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa isyarat.
Rasional: memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah. Catatan : posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat membatasi kemampuan untuk menulis atau membuat tanda
d)   Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi.
Rasional:kehilangan bicara dan stres menganggu komunikasi dan menyebabkan frustrasi dan hambatan ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerja.
e)   Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik.
Rasional: mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain.
f)    Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV, radio dan kalender.
Rasional: mempertahankan kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain.
g)   Beritahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan atau tergantung pada tersedianya alat bantu suara.
Rasional:  memberikan dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti komunikasi dan bicara tersedia dmungkin.
h)   Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin.
Rasional: meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensi disfungsi pita permanen.
i)     Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur ini dengan tepat.
Rasional: memberikan model peran, meningkatkan motivasi untuk pemecahan masalah dan mempelajari cara baru untuk berkomunikasi
Kolaborasi
j)    Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen rehabilitasi (contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok laringektomi) selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber komunikasi (bila ada).
Rasional: Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara (contoh bicara esofageal) sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif. Waktu rehabilitasi memerlukan waktu panjang dan memerlukan sumber dukungan untuk proses belajar

4.    Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase sekret terus-menerus.
Karakteristik data :
kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan lapisan kulit atau jaringan.
Tujuan  :
Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria hasil :
integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
Rencana tindakan :
mandiri
a)    Kaji warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur kulit.
Rasional: kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna kulit sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat menunjukkan kongesti vena, yang dapat menimbulkan iskemia atau nekrosis jaringan.
b)   Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah (biasanya meningkat pada hari ketiga-kelima pascaoperasi).
Rasional: meminimalkan kongesti jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan dengan eksisi saluran limfe.
c)    Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan. Berkan bantal atau gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala atau leher selama aktivitas.
Rasional: tekanan dari selang dan plester trakeostomi atau tegangan pada jahitan dapat menggangu sirkulasi atau menyebabkan cedera jaringan.
d)   Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.
Rasional: drainase berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama. Perdarahan terus-menerus menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian medik.
e)   Catat atau laporkan adanya drainase seperti susu.
Rasional: drainase seperti susu menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal (dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh dan elektrolit).Kebocoran ini dapat sembuh spontan atau memerlukan penutupan bedah.
f)    Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan.
Rasional: balutan basah meningkatkan resiko kerusakan jaringan atau infeksi. Catatan : balutan tekan tidak digunakan diatas lembaran kulit karena suplai darah mudah dipengaruhi.
g)   Bersihkan insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida (campuran 1 : 1) setelah balutan diangkat.
Rasional:  mencegah pembetukan kerak , yang dapat menjebak drainase purulen, merusak tepi kulit, dan meningkatkan ukuran luka. Peroksida tidak banyak digunakan karena dapat membakar tepi dan menggangu penyembuhan.
h)   Bersihkan sekitar stoma dan selang bila dipasang serta hindari sabun dan alkohol.Tunjukkan pada pasien bagaimana melakukan perawatan stoma atau selang sendiri dalam membersihkan dengan air bersih dan peroksida, menggunakan kain bukan tisu atau katun.
Rasional: mempertahankan area bersih meningkatkan penyembuhan dan kenyamanan. Sabun dan agen kering lainnya dapat menimbulkan iritasi stoma dan kemungkinan inflamasi.Bahan lain selain kain dapat meninggalkan serat pada stoma yang dapat mengiritasi atau terhisap ke paru.
Kolaborasi
g)   Berikan antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi.
Rasional:  mencegah atau mengontrol infeksi.

5.    Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi, kebersihan oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva sekunder terhadap radiasi atau prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.
Karakteristik data :
Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut, saliva kental atau banyak, penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan kotor,bibir inflamasi, tidak ada gigi.
Tujuan  :
menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.
Kriteria Hasil :
mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah normal, bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.
Rencana tindakan :
Mandiri
a)    Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva.
Rasional:  kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva, mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva dapat terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok dan mulut.
b)   Perhatikan perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran mukosa.
Rasional:  pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah, platum lunak, dan faring. Pasien akan mengalami penurunan sensasi dan gerakan lidah, dengan kesulitan menelan dan peningkatan resiko aspirasi sekresi, serta potensial hemoragi. Pembedahan dapat mengankat bagian bibir mengakibatkan pengaliran saliva tidak terkontrol. Geligi mungkin tidak utuh ( pembedahan ) atau mungkin kondisinya buruk karena malnutrisi dan terapi kimia. Gusi juga dapat terinflamasi karena higiene yang buruk, riwayat lama dari merokok atau mengunyah tembakau atau terapi kimia. Membran mukosa mungkin sangat kering, ulserasi,eritema,dan edema.
c)    Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien melakukan pengisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa untuk mengalirkan sekresi.
Rasional:  saliva mengandung enzim pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada jaringan yang terpajan. Karena pengalirannya konstan, pasien dapat meningkatkan kenyamanan sendiri dan meningkatkan higiene oral.
d)   Tunjukkan pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah dan geligi dengan sering.
Rasional: menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan.
e)   pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi. Rasional: mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi.


6.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Karakteristik data :
adekuatnya masukan makanan,ketidakmampuan mencerna makanan, menolak makan, kurang tertarik pada makanan,laporan gangguan sensasi pengecap, penurunan berat badan, kelemahan otot yang diperlukan untuk menelan atau mengunyah.
Tujuan :
Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai waktunya.
Rencana tindakan :
a)    Auskultasi bunyi usus.
Rasional: makan dimulai hanya setelah bunyi usus membik setelah operasi.
b)   Pertahankan selang makan, contoh periksa letak selang : dengan mendorongkan air hangat sesuai indikasi.
Rasional: selang dimasukan pada pembedahan dan biasanya dijahit.Awalnya selang digabungkan dengan penghisap untuk menurunkan mual dan muntah. Dorongan air untuk mempertahankan kepatenan selang.
c)    Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien akan pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan orang terdekat mampu melakukan prosedur ini sebelum pulang dan bahwa makanan tepat dan alat tersedia di rumah.
Rasional: membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi dan mempertahankan martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa tergantung pada orang lain untuk kebutuhan sangat mendasar pada penyediaan makanan.
d)   Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat tanda kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare.
Rasional: kandungan makanan dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada kecepatan atau tipe formula.
e)   Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan halus) atau makanan selang (contoh makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual) sesuai indikasi.
Rasional: macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan pasien.
7.    Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan leher.
Karakteristik data :
perasaan negatif tentang citra diri, perubahan dalam keterlibatan sosial, ansietas, depresi, kurang kontak mata.
Tujuan :
Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
Kriteria hasil :
menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana tindakan :
a)    Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan datang.
Rasional: alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
b)   Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri. Rasional: dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif.
c)    Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah. Rasional: pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik.
d)   Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik.
Rasional: penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru.
e)   Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.
Rasional: pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan membantu mereka dalam emosi mereka. Tujuannya adalah memampukan mereka untuk melawan kecendrungan untuk menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.







C. IMPLEMENTASI
Tidakan dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun.
D. EVALUASI
1.       Mendapatkan tingkat pengetahuan yang memadai :
Mengungkapkan pengertian tentang prosedur pembedahan dan melakukan perawatan diri secara adekuat
2.       menunjukan penurunan ansietas dan depresi :
Mengekspresikan adanya harapan ,
Bertemu dengan seseworang yang memiliki masalah serupa.
3.       Mempertahankan jalan nafas yang bersih dan dapat mengatasi sekresi sendiri
Memperagakan tehnik yang tepat dan praktis yang mencakup pembersiahan dan penanganan selang laringektomi
4.       Mendapatkan tehnik komunikasi yang efektif
Menggunakan lat batu untuk komunikasi ( magic slate, bel pemanggil, papan gambar,bahasa isarat, membaca gerak bibir, bantuan komputer)
5.       Mempertahankan nutrisi yang seimbang dan adekuat.






DAFTAR PUSTAKA
1.       Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta.
2.       Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
3.       Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
4.       Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
5.       Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
6.       Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta.
7.       Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan.
Jakarta : EGC
8.        Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta
9.       (Diakses,jum’at  11 maret 2011)http://gudangaskep.wordpress.com.
10.   (Diakses,jum’at  11 maret 2011)http://perawatpsikitri.blogspot.com.        
11.    (Diakses,jum’at  11 maret 2011)http://pterchie.wordpress.com.





No comments:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BATU REN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras se...