Sunday, 1 May 2011

TUGAS SUPERVISI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kekhadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hubungan Supervisi Dengan Pendokumentasian Berbasis Komputer Yang Dipersepsikan Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Jawa Tengah“.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak dan teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas ini di kemudian hari.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.


                                                                                                                 Kendari, 28 April 2011


                                                                                                                           Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..……………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ………………………………………………………………………..…………………………….
B.      Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………………
C.      Tujuan ……………………………………………………….…………………………………………….…………….

BAB II PEMBAHASAN
A.      Landasan Teori……………………………….………..…………………………………………………………….
1.      Pengertian …………………………………………………………………………………………………
2.      Tujuan supervisi keperawatan ……………………………………………………………………
3.      Karakteristik supervisi keperawatan …………………………………………………….…….
4.      Prinsip supervisi keperawatan ………………………………………………………....………..
5.      Teknik supervisi …………………………………………………….………………………………..…..
6.      Elemen proses supervisi ……………………………………………………………………………..
7.      Supervisor keperawatan ……………………………………………………………………….…….
8.      Terapi / penatalaksanaan ………………………………………………………………..…………
B.      Langkah-Langkah ……………………………………………………………………………………………...……
1.      Kegiatan rutin supervisor………………………………………………..……………………….....

BAB III PENYELESAIAN
A.      Abstract …………………………………………………...…………………………………………………………….
B.      Metode ……………………………………………………………………………………………………………………
C.      Hasil dan pembahasan ……………………………………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP

A.      Kesimpulan ………………………………………………………………………......................................
B.      Saran ………………………………………………………………………………………………………..………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………………………




BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan,saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh  masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistim pelayanan kesehatan.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu: penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-alasan di atas maka Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan. Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan. Perawat memberikan pelayanan dan asuhan menggunakan suatu sistem management of nursing care delivery (Woke,1990). Dalam studinya, Woke menyebutkan manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain, karena sasaran yang ingin dicapai ialah pasien. Pelayanan keperawatan di berbagai negara relatif sama, hanya saja di Indonesia memiliki keunikan tersendiri mengingat faktor kemajemukan pendidikan perawat Nurachmah, 2000).
Kemajemukan ini membawa dampak pada tidak konsistennya sistem pelayanan keperawatan. Fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh perawat di sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana didalamnya terdapat kegiatan supervisor adalah 1) Kepala ruang rawat (Karu). Karu bertanggung jawab dalam supervisi keperawatan kepada pasien. Karu merupakan ujung tombak tercapai tidaknya tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Ia bertanggungjawab mengawasi perawat pelaksana dalam melakukan praktik keperawatan. 2) Pengawas perawatan. Pengawas bertanggung jawab terhadap supervisi pelayanan keperawatan pada areanya yaitu beberapa Karu yang ada pada Unit Pelaksana Fungsional (UPF).
Pengawasan dan Pengendalian merupakan proses akhir dari proses manajemen, dimana dalam pelaksanaannya proses pengawasan dan pengendalian saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama dalam perencanaan. Dalam proses manajemen ditetapkan suatu standar yang menjadi acuan, diantaranya yaitu : visi-misi, standar asuhan, penampilan kinerja, keuangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan apakah setiap tahapan proses manajemen telah sesuai dengan standar atau tidak dan jika ditemukan adanya penyimpangan maka perlu dilakukan pengendalian sehingga kembali sesuai standar yang berlaku.

B.      RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini, yaitu :
1.      Apa definisi dari Supervisi ?
2.      Apa tujuan dari Supervisi Keperawatan ?
3.      Bagaimana karakteristik dari Supervisi Keperawatan ?
4.      Apa prinsip dari Supervisi Keperawatan ?
5.      Macam-macam teknik dari Supervisi ?
6.      Apa saja elemen dari proses Supervisi ?
7.      Apa saja yang termasuk Supervisor Keperawatan ?

C.      TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Untuk melihat, mengevaluasi, dan meningkatkan tampilan kerja atau kinerja.
2.      Tujuan Khusus
Setelah membuat makalah ini mahasiswa diharapkan mampu :
a.      Diharapkan kinerja perawat pelaksana meningkat, termasuk didalamnya terkait dengan pendokumentasian proses keperawatan.
b.      Dapat memberikan pendampingan sesuai dengan kondisi dan kemampuan anggota tim, sehingga sesuai dengan tujuan organisasi.
c.       Dapat secara langsung membantu atau memastikan bahwa apa yang dilakukan oleh perawat pelaksana sudah benar dan sesuai dengan prosedur.
d.      Dapat mempengaruhi pendokumentasian proses keperawatan, karena proses pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat pelaksana dapat segera dievaluasi oleh supervisor dan dapat meminimalkan resiko adanya kesalahan.
e.      Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfir kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas.
f.        Difokuskan kepada pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
g.      Peningkatkan  ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.
h.      Meningkatnya kepuasan kerja perawat dan  kualitas layanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     LANDASAN TEORI
1.      Pengertian
Supervisi adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai dgn rencana, perintah, tujuan/kebijakan yang telah ditentukan (Mc Farland, 1988 dalam Harahap, 2004). Selain itu Swansburg (1999) juga mendefinisikan supervisi sebagai segala usaha untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu menghargai potensi tiap individu, mengembangkan potensi tiap individu, dan menerima tiap perbedaan.
Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Namun pada dasarnya seorang supervisor harus memiliki kemampuan sebagai berikut :
2.      Membuat perencanaan kerja
3.      Kontrol terhadap pekerjaan
4.      Memecahkan Masalah
5.      Memberikan umpan balik terhadap kinerja
6.      Melatih (coaching) bawahan
7.      Membuat dan memelihara atmosfir kerja yang inovatif
8.      Mengelola waktu
9.      Berkomunikasi secara informal
10.  Mengelola diri sendiri
11.  Mengetahui sistem manajemen perusahaan
12.  Konseling karir
13.  Komunikasi dalam pertemuan resmi.

2.      Tujuan Supervisi Keperawatan
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfir kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengerti peran dan fungsinya sebagai staf, dan difokuskan kepada pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan (Arwani,-2004).
Tujuan  dalam supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian adalah peningkatkan  ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan  kualitas layanan (Muncul-Wiyana,2008).
3.      Karakteristik Supervisi Keperawatan
Dalam keperawatan, supervisi yang baik apabila memiliki karekteristik :
a)      Mencerminkan kegiatan asuhan keperawatan yang sesungguhnya.
b)      Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada.
c)      Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala.
d)      Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau penanggung jawab yang ditunjuk).
e)      Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

4.      Prinsip Supervisi Keperawatan
Menurut Keliat (1993) prinsip supervisi keperawatan adalah sebagai berikut:
a)      Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi RS.
b)      Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan hubungan antar manusia,kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
c)      Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisir dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan dan kebijakan dan uraian tugas standar.
d)      Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan perawat pelaksana.
e)      Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik untuk mencapai tujuan.
f)       Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif, merangsang kreativitas dan motivasi.

5.      Teknik Supervisi
a)      Langsung
Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam melakukan supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan petunjuk dari supervisor tidak dirasakan sebagai suatu perintah, selain itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung saat ditemukan adanya penyimpangan. Supervisi cara langsung dapat dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada supervisi secara langsung seorang supervisor dapat terlibat kegiatan secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai sutu perintah.
Pada kondisi ini, umpan balik dan perbaikan dapat sekaligus dilakukan tanpa bawahan merasakan sebagai suatu beban. Proses supervisi langsung dapat dilakukan dengan cara perawat pelaksana melakukan secara mandiri tindakan keperawatan didampingi supervisor. Selama proses supervise, supervisor dapat memberikan dukungan, reinforcement, dan petunjuk, kemudian supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi untuk menguatkan yang telah sesuai dengan apa yang direncanakan dan memperbaiki segala sesuatunya yang dianggap masih kurang. Agar pengarahan, petunjuk dan reinforcement efektif maka harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti pengarahan harus lengkap tidak terputus dan bersifat partial, mudah dipahami mengggunakan kata-kata yang tepat, menggunakan alur yang logis, dan jangan terlalu kompleks.
b)      Tidak Langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan. Cara ini biasanya dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Cara tidak langsung ini memungkinkan terjadinya salah pengertian (misunderstanding) dan salah persepsi (mispersepsi) karena supervisor tidak melihat secara langsung tindakan-tindakan yang dilakukan.
6.      Elemen Proses Supervisi
a)      Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai dan mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
b)      Fakta empirik di lapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan dan menetapkan kesenjangan
c)      Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki.

7.      Supervisor Keperawatan
Yang termasuk supervisor keperawatan adalah :
a)      Kepala ruangan, kepala ruangan bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan diunit kerjanya. Kepala ruangan merupakan ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan dan pendokumentasian di unit kerjanya.
b)      Pengawas Keperawatan, beberapa ruangan atau unit pelayanan berada di bawah satu instalasi, pengawas perawatan bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pada areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang berada dalam satu instalasi tertentu, misalnya instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan dan lain-lain.
c)      Kepala seksi, beberapa instansi digabung dibawah satu pengawasan kepala seksi. Kepala seksi mengawasi pengawas keperawatan dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
d)      Kepala Bidang keperawatan, Kabid Keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi kepada kepala seksi secara langsung dan semua-perawat-secara-tidak-langsung.

Dengan demikian supervisi berikatan dengan struktur organisasi yang menggambarkan garis tanggung jawab, siapa yang menjadi supervisor dan siapa yang disupervisi.

B.      LANGKAH-LANGKAH
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupu asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk pengawasan berjenjang dilakukan-sebagai-berikut:
1.      Kepala Seksi Keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap kepala ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana.
2.      Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
3.      Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.

1.      Kegiatan Rutin Supervisor
Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya (bittel,a987) adalah sebagai berikut:
a)      Sebelum Pertukaran Shift (15-30 menit)
o   Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
o   Mengecek jadwal kerja

b)      Pada Waktu Mulai Shift (15-30 menit)
o   Mengecek personil yang ada
o   Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
o   Mengatur pekerjaan
o   Mengidentifikasi kendala yang muncul
o   Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan.

c)      Sepanjang Hari Dinas (6-7 jam)
o   Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan, instruksi, mengoreksi atau memberikan latihan sesuai kebutuhannya.
o   Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera membantu apabila diperlukan
o   Mengecek pekerjaan rumah tangga
o   Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja, terutama untuk personil baru.
o   Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan atau hal-hal yang terkait.
o   Mengatur jam istirahat personil
o   Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari cara memudahkannya.
o   Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional
o   Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
o   Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
o   Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.

d)      Sekali dalam sehari (15-30 menit)
Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15 menit. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti : Keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan dan lain sebagainya.
e)      Sebelum Pulang
o   Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha untuk memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya.
o   Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya.
o   Lengkapi laporan harian sebelum pulang
o   Membuat daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang memperlajari di rumah sebelum pergi bekerja kembali.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruangan materi supervisi adalah kemampuan manejerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan kepeawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf maka perlu disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal pasti dalam supervisi.



BAB III
PENYELESAIAN

A.     ABSTRACT
Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas proses pemberian layanan kesehatan,  sarana  fisik, jenis tenaga  yang tersedia,  obat, alat kesehatan, sarana penunjang lainnya dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna layanan. Salah satu indicator terbesar dari kualitas pelayanan kesehatan suatu rumah sakit adalah kualitas pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan populasi perawat di rumah sakit sekitar 60-70% dari SDM rumah sakit (Gilles, 2001).   Perawat merupakan ujung tombak dalam pemberian pelayanan kesehatan karena perawat berinteraksi dengan pasien selama 24 jam. Oleh karena itu mutu pelayanan keperawatan sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Dokumentasi keperawatan merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab perawat.  Dokumentasi  keperawatan  adalah  segala  sesuatu  yang  ditulis  maupun dicetak yang berkaitan dengan perkembangan satus kesehatan pasien (Potter & Perrys, 2001). Dokumentasi keperawatan mempunyai makna penting dilihat dari berbagai  aspek seperti  aspek hokum, kualitas pelayanan, komunikasi,  keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi. Kelengkapan dokumentasi merupakan salah satu indikator mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Kemampuan  perawat  dalam  memberikan  asuhan  keperawatan  terhadap pasien dan mendokumentasikan kegiatan tersebut akan dipengaruhi oleh beberapa hal.  DIantaranya  adalah  factor  latar  belakang  pendidikan,  motivasi  dan  juga pengaruh system manajemen yang ada. Sistem manajemen yang baik akan membentuk pola  komunikasi  yang  baik  antara  atasan  dan  bawahan  serta  antara anggota tim itu sendiri.  Keterlaksanaan  fungsi-fungsi manajer  merepresentasikan sistem manajemen yang diberlakukan. Di antara fungsi-fungsi manajemen yang mempengaruhi kelancaran pemantauan kinerja adalah supervisi.
Supervisi sebagai salah satu kegiatan dalam lingkup fungsi manajemen yaitu fungsi directing (pengarahan). Supervisi merupakan kegiatan penting para manajer yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan bahkan pelayanan kesehatan di rumah sakit pada umumnya. Kualitas dan kuantitas supervisi dapat   ditentukan    oleh   falsafah   hidup   seseorang   dan   kemampuan   dalam menggunakan bermacam-macam teknik supervisi yang dimiliki.




B.      METODE
Penelitian   ini  adalah   penelitian  analitik  korelasi  dengan   desain  cross sectional. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada 70 perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 samapi dengan 14 Juni 2010. Analisis data dengan chi-square, uji t independen, dan regresi logistik ganda.

C.      HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Univariat. Pada tahap awal peneliti mengidentifikasi karakteristik perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas. Hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi Frekuensi KarakteristikResponden Penelitian RSUD Banyumas Tahun 2010 (N=70)

Karakteristik
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
14
56
20
80
Pendidikan
D III Keperawatn
S 1 Keperawatn
69

1
98,6

1,4
Pelatihan SIMKEP
Sudah
Belum
70
0
               100
0
Waktu Pelatihan
SIMKEP
< 12 bulan
> 12 bulan
30
40
             42,9
             57,1

Pada tabel 1 disimpulkan bahwa mayoritas perawat pelaksana berjenis kelamin perempuan  (80%),  berpendidikan  D III Keperawatan  (98,6%), semua responden sudah  pernah  mengikuti  pelatihan  Sistem  Informasi  Manajemen  Keperawatan (100%).










Tabel 2 Rata-Rata Umur dan Lama Kerja Responden Penelitian RSUD Banyumas Tahun 2010 (N=70).
Variabel
Mean
Median
Standar Deviasi
Min
Max
95% CI
Umur
28,81
28,00
4,421
22
44
27,76 29,87
Lama Kerja
4,39
2,00
3,589
1
14
3,53 5,24

Pada tabel 2 disimpulkan bahwa rata-rata umur responden adalah 28,81 tahun dan rata-rata lama kerja 4,39 tahun.

Tabel 3 Pendokumentasian Berbasis Komputer Perawat RSUD Banyumas Tahun 2010 (N=70).
Pendokumentasian
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang
28
40
Baik
42
60
Total
70
100

Pada tabel 3 dapat disimpulkan 60% responden mempersepsikan pendokumentasian sudah baik dan 40% responden mempersepsikan pendokumentasian kurang.
Tabel 4 Teknik Supervisi Perawat RSUD Banyumas Tahun 2010 (N=70)
Teknik Supervisi
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang
34
48,6
Baik
36
51,4
Total
70
100

Tabel 4 Diatas menunjukkan 51,4% responden mempersepsikan  teknik supervisi baik dan  masih ada  48,6% responden  yang mempersepsikan pendokumentasian kurang.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Variabel Frekuensi SupervisiPerawat RSUD Banyumas Tahun 2010 (N=70)
Frekuensi Supervisi
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang
34
48,6
Baik
36
51,4
Total
70
100
Pada tabel 5 dapat disimpulkan bahwa 51,4% responden mempersepsikan frekuensi supervisi baik dan 48,6% mempersepsikan frekuensi supervisi kurang.

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Supervisi yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana di RSUD Banyumas Tahun 2010 (N=70)
Supervisi
Frekuensi
Prosentase
Kurang
35
50
Baik
35
50

Dari tabel 6 dapat disimpulkan 50% responden mempersepsikan supervisi baik dan 50% responden mempersepsikan supervisi kurang.

Hasil Bivariat. Tahap kedua yaitu mengetahui hubungan variabel karakteristik dan supervisi dengan pendokumentasian berbasis komputer, hasilnya adalah:
a.      Tidak  ada  hubungan  antara  karakteristik  responden  (umur,  jenis  kelamin, pendidikan,  pelatihan,  waktu  pelatihan)  dengan  pendokumentasian  berbasis komputer dengan p value > 0,05. Tabel 7
b.      Ada hubungan antara lama kerja dengan pendokumentasian berbasis komputer dengan p value 0,049. Tabel 8
c.       Ada hubungan antara supervisi dengan pendokumentasian berbasis komputer dengan p value 0,003. Tabel 9
d.      Ada  hubungan  antara  teknik  supervisi  dengan  pendokumentasian  berbasis komputer dengan p value 0,032. Tabel 10
e.      Ada hubungan antara frekuensi supervisi dengan pendokumentasian  berbasis komputer  0,002. Tabel 11

Hasil  Multivariat.  Tahap  akhir  analisis  untuk  mengetahui  variabel  mana  yang paling  berhubungan  dengan  pendokumentasian  berbasis  komputer.  Dari  hasil analisis didapatkan bahwa variabel yang paling berhubungan adalah frekuensi supervisi dengan p value 0,002.
Pembahasan. Supervisi  merupakan  proses aktif dalam  memberikan  pengarahan, batasan-batasan dan dapat mempenngaruhi hasil pekerjaan seseoranng (ANA, 1993 dalam Huber, 2006). Dari analisi didapatkan ada hubungan antara supervisi dengan pendokumentasian berbasis komputer dengan p value 0,003. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lusianah (2008) yang menyimulkan ada hubungan yang kuat antara supervisi   dan   kualitas   dokumentasi   keperawatan   dengan   p   value   <   0,001.
Tujuan supervisi adalah untuk melihat, mengevaluasi, dan meningkatkan tampilan kerja atau kinerja (Gilles, 2001). Dengan adanya supervisi diharapkan kinerja perawat pelaksana meningkat, termasuk didalamnya terkait dengan pendokumentasian proses keperawatan. Supervisor harus dapat memberikan pendampingan sesuai dengan kondisi dan kemampuan anggota tim, untuk itu perlu disusun strategi pendampingan yang bervariasi, sehingga sesuai dengan tujuan organisasi, dalam hal ini pendokumentasian proses keperawatan berbasis komputer.
Peningkatan pendokumentasian  berbasis komputer dapat dilakukan dengan adanya supervisi yang dilaksanakan ketua tim dan kepala ruangan terhadap perawat pelaksana, selama kegiatan berlangsung. Kegiatan supervisi menurut Gilles (2001) dapat dilakukan dengan cara supervisor melihat langsung bagaimana perawat pelaksana memberikan perawatan kepada satu atau beberapa orang pasien.
Jika pada saat supervisi ini, supervisor menemukan tindakan yang tidak sesuai dengan standar atau perawat pelaksana membutuhkan bantuan, maka supervisor dapat secara langsung membantu atau memastikan bahwa apa yang dilakukan oleh perawat pelaksana sudah benar dan sesuai dengan prosedur. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat pelaksana termasuk didalamnya adalah pendokumentasian proses keperawatan.
Langkah-langkah   supervisi   langsung   terkait   dengan   pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi, memberi informasi kepada perawat pelaksana yang akan disupervisi, melakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan pendokumentasian. Supervisor mellihat hasil pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan (Wiyana, 2008).
Kegiatan  supervisi  yang  dilakukan  secara  teratur  dapat  mempengaruhi
pendokumentasian proses keperawatan, karena proses pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat pelaksana dapat segera dievaluasi oleh supervisor dan dapat meminimalkan resiko adanya kesalahan. Demikian juga dengan kelengkapan dokumentasi  dapat  dievaluasi  segera  sehingga  proses asuhan  keperawatan  dapat diberikan  lebih  profesional.  Tidak ada ketetapan  frekuensi  supervisi  yang harus dilaksanakan oleh kepala ruang, namun sebaiknya perawat pelaksana mendapat supervisi setiap hari.
Proses evaluasi terhadap pendokumentasian berbasis komputer bagi perawat pelaksana oleh kepala ruangan dapat dilakukan sesuai dengan jadual kegiatan yang ada di ruang rawat inap. Supervisi dapat dilakukan pada pagi hari saat morning meeting,          dimana    kepala     ruangan dapat  memmberikan  masukan tentang pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat pelaksana yang melakukan tugas malam hari. Pada saat pertemuan di awal shift ini dapat juga digunakan oleh kepala ruangan untuk melihat perencanaan  yang disusun oleh ketua tim. Pendampingan selama pemberian asuhan keperawatan juga dapat dijadikan sarana untuk melaksanakan  supervisi. Demikian juga pada skhir shift, dimana kepala ruangan dapat memberikan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang sudah dilaksanakan dan memberi masukan untuk perawatan selanjutnya, termasuk dalam hal pendokumentasian.
Menurut peneliti, kegiatan pendokumentasian bukan hanya tanggung jawab ketua tim namun juga tannggung jawab seluruh anggota tim. Sehingga peran dari perawat pelaksana dalam pendokumentasian proses keperawatan juga perlu diperhatikan.



Tabel 7 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pendokumentasian Berbasis Komputer di RSUD Banyumas Tahun 2010 (N=70)



No

Karakteristik
Pendokumentasian Berbasis Komputer
P
Value
Kurang
Baik



n
%
N
%

1
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

4
24
28

5,7
34,3
40

10
32
42

14,3
45,7
70


0,329
2
Pendidikan
D III Keperawatan S 1 Keperawatan Jumlah

28
0
28

40
0
40

41
1
42

58,6
1,4
60


1,000
3
PelatihanSIMKEP
Sudah
Belum
Jumlah

28
0
28

40
0
40

42
0
42

60
0
60

4
Waktu Pelatihan
SIMKEP
< 12 Bulan
> 12 Bulan
Jumlah


15
13
28


21,4
18,6
40


15
27
42


21,4
38,6
60


0,139

No

Karakteristik
Pendokumentasian Berbasis Komputer

T

P Value
Kurang
Baik




n
%
N
%


1
Umur
28
(40%)
42
(60%)
-0,815
0,418
2
Lama Kerja
28
(40%)
42
(60%)
-2,000
0,049












Tabel 8 Hubungan umur dan lama kerja dengan pendokumentasian berbasis komputer di RSUD Banyumas Tahun 2010 (N=70)

No

Karakteristik
Pendokumentasian Berbasis Komputer

T

P Value
Kurang
Baik
n
%
N
%
1
Umur
28
(40%)
42
(60%)
-0,815
0,418
2
Lama Kerja
28
(40%)
42
(60%)
-2,000
0,049




















BAB IV
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif-dan-efisien.
Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Penelitian  ini  menyimpulkan  karakteristik  responden  pada  penelitian  ini adalah 80% responden berjenis kelamin perempuan, dengan pendidikan D III Keperawatan  98,6%. Rata-rata umur responden adalah 28,81 tahun dengan lama kerja rata-rata 4,39 tahun, seluruh responden telah mengikuti pelatihan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan.
Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan) tidak berhubungan dengan pendokumentasian berbasis komputer. Ada hubungan antara lama kerja dengan pendokumentasian berbasis komputer. Ada hubungan antara supervisi dengan pendokumentasian berbasis komputer. Ada hubungan antara teknik supervisi dengan pendokumentasian berbasis komputer. Ada hubungan antara frekuensi supervisi dengan pendokumentasian berbasis komputer. Dan   frekuensi supervisi  sebagai  faktor   yang  paling  berhubungan  dengan   pendokumentasian berbasis komputer.









B.      SARAN
1.      Kepala Bidang Keperawatan:
Perlu adanya supervisi berjenjang mulai dari ketua tim, kepala ruangan dan bidang keperawatan terkait dengan kebenaran   dan   kelengkapan   dokumentasi   keperawatan.
2.      kepala Ruangan:
Menjadikan pelaksanaan morning meeting / pre conference, pendampingan selama tindakan keperawatan termasuk pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan berbasis komputer serta pelaksanaan post conference sebagai sarana untuk melakukan superrvisi terhadap perawat pelaksana.
3.      Saran untuk kepentingan penelitian:
Melakukan  penelitian  lanjutan program supervisi dan pendokumentasian berbasis komputer, terutama faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pendokumentasian berbasis komputer, seperti motivasi,  pengetahuan,  dan  keterampilan  pendokumentasian  berbasis  komputer, serta sistim penghargaan.















DAFTAR PUSTAKA

Alfaro, R. 1998. Applying Nursing Process: A Step by Step Guide. Philadelphia : Lippincott, Raven Publishers.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya.
Bahtiar,  Y.  &  Suarli,  S.  2009.  Manajemen  Keperawatan  dengan  Pendekatan Praktis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bittel, L.R. 1987. The Complete Guide to Supervissory Training & Development. California: Additional Wesley.
College of Register Nurses of British Columbia. 2008. Practice Standard for Registered Nurses and Nurses Practitioners on Documentation. Columbia: CRBC.
Carpenito, L.J. 1999. Nursing care plans & documentation: Nursing diagnoses and collaborative problems. Lippincott.
Depkes RI. 1997. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Gillies.  D.A.  1994.  Nursing  Management  A  Systems  Approach.  WB.  Saunders Company

No comments:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BATU REN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras se...